TEMPO.CO, Washington DC – Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengaku percaya Donald Trump sangat tulus mengenai peran barunya sebagai Pemimpin Dunia Bebas, tapi ia harus berusaha mengendalikan emosinya saat resmi menjalankan tugasnya nanti.
Meski terkesan oleh kemampuan Trump untuk merebut hati pemilihnya, Obama menyatakan pengusaha properti itu juga harus menjelaskan kepada mereka yang merasa khawatir atas gagasan-gagasan kontroversial yang dilontarkannya selama masa kampanye.
Hal ini diungkapkan Obama, Senin lalu, dalam konferensi pers pertamanya sejak pertemuan dengan Trump di Gedung Putih pekan lalu: “Apakah saya merasa khawatir? Tentu saja saya khawatir. Ia dan saya punya banyak perbedaan dalam banyak isu.”
Obama, yang menggelar konferensi pers itu di Gedung Putih, juga membahas gaya Trump: “Saya pikir ia bukan sosok yang ideologis, saya pikir pada akhirnya ia bersikap pragmatis dan itu bisa bagus bagi dirinya selama ia memiliki orang-orang yang baik di sekitarnya.”
Obama kemudian mengaku dirinya terkesan dengan kemampuan Trump memenangi hati pemilih dan membangun hubungan kuat dengan mereka. Hal itu telah ia sampaikan langsung kepada sang presiden terpilih saat keduanya bertemu di Gedung Putih.
“Saya pikir ada banyak warga yang merindukan fenomena Trump,” kata Obama. “Saya pikir hubungan yang mampu ia bangun dengan para pendukungnya tak mampu dipengaruhi oleh apa pun sehingga bisa menenggelamkan kandidat lainnya. Itu sesuatu yang sangat hebat.”
Meski begitu, Obama juga mengkritik kepribadian Trump yang temperamental dengan menyebut sang presiden terpilih harus berusaha mengendalikan hal itu. Sebab, sikap seperti itu tak boleh dimiliki oleh seorang presiden.
“Ada sejumlah elemen tertentu dari temperamennya yang tak akan memudahkan pekerjaannya sebagai presiden kecuali dia mengetahui dan memperbaiki elemen-elemen itu,” ujar Obama. “Saya pikir ia menyadari bahwa pekerjaannya kali ini berbeda.”
Obama juga terkesan mengkritik Hillary Clinton dengan menyebut kandidat presiden dari Partai Demokrat itu tak menghabiskan cukup waktu dalam berkampanye sehingga gagasan-gagasannya bisa didengar oleh lebih banyak warga AS.
Obama kemudian mengambil contoh dari kesuksesannya memenangi pemilihan Presiden AS 2012 di Negara Bagian Iowa, yang sebagian besar penduduknya berkulit putih. “Saya menang bukan karena faktor demografi, tapi karena mengunjungi setiap kota kecil dan pelosok-pelosok,” kata Obama.
DAILYMAIL | A. RIJAL