TEMPO.CO, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump akan menjadi sekutu dekatnya jika dia memenuhi janji untuk melawan teroris.
Dalam reaksi pertama untuk kemenangan Trump pekan lalu, Bashar al-Assad mengaku tidak yakin miliuner properti New York itu akan mampu menepati janji meningkatkan perang melawan teroris.
"Kita tidak bisa mengharapkan apa yang akan ia lakukan. Tapi, jika ia menentang teroris, sudah tentu kita akan menjadi sekutu, dalam hal ini dengan Rusia, dengan Iran, dan dengan banyak negara lain," ucap Assad, seperti dilansir Sky News pada Rabu, 16 November 2016.
Ditanya tentang kampanye Trump terkait dengan Amerika Serikat yang lebih fokus pada pertempuran terhadap kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Assad mengatakan ia akan menyambut langkah tersebut, tapi berhati-hati.
"Saya bisa katakan itu menjanjikan sesuatu yang positif, tapi dapatkah dia melakukannya? Dapatkah ia menangani hal itu? Bagaimana pula dengan kekuatan penolakan dalam pemerintahan, media arus utama yang menentangnya? Dapatkah ia mengendalikannya?" ujarnya.
Komentar Assad ini datang setelah muncul percakapan televisi antara Trump dan Vladimir Putin. Keduanya dilaporkan setuju bekerja sama dalam mengatasi terorisme internasional dan ekstremisme.
Dalam sebuah wawancara pada Maret lalu, Trump menuturkan pendekatan Amerika dalam memerangi Assad dan ISIS secara serentak adalah kegilaan dan kebodohan.
"Anda tidak bisa melawan dua pihak yang sedang saling berperang, dan memerangi mereka secara bersamaan. Anda harus memilih salah satu," kata Trump.
Selama kampanye, Trump juga berjanji meningkatkan hubungan Amerika dengan pendukung utama Assad, Rusia.
Amerika memimpin sebuah koalisi internasional yang melakukan serangan udara terhadap ISIS di Suriah dan negara tetangga Irak serta membantu pemberontak yang memerangi rezim Assad.
Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari 300 ribu orang sejak dimulai pada Maret 2011 dengan protes antirezim.
Oposisi utama Suriah mendesak Trump melindungi warga sipil dan membantu mengakhiri pertumpahan darah di negara tersebut.
SKY NEWS | TELEGRAPH | YON DEMA
Baca juga:
Begini Sikap MUI dan Ormas Islam Terkait Kasus Ahok
Ahok: Pengucap Lebaran Kuda Mestinya Dipidana