TEMPO.CO, Sydney - Pesona dan kemasyhuran alat musik tradisional Indonesia, kolintang, serta juga peragaan busana batik karya Iwan Tirta menghipnotis publik Australia. Mereka memadati Gedung Opera Sydney, Australia untuk menyaksikan acara pementasan bertajuk 'Kolintang Goes to UNESCO' pada 9 November 2016.
Tak banyak pertunjukan musik dan pagelaran dari negara lain yang berkesempatan ditampilkan di Gedung Opera Sydney tersebut. Hanya yang memiliki kualitas tingkat dunia dapat masuk ke gedung yang menjadi kebanggaan rakyat Australia itu.
Yayasan Purnomo Yusgiantoro dan Pinkan Indonesia sepertinya tak main-main dalam mempromosikan aset seni dan budaya Indonesia pada masyarakat Australia. Karena itu dalam peragaan busana batik yang ditampilkan adalah edisi terbatas kreasi Iwan Tirta yang sebagian besar merupakan koleksi pribadi Enny Sukamto.
Dibawakan secara apik oleh para musisi Pinkan, dengan komando Rama Wowor, pertunjukan konser musik kolintang diawali dengan karya Johan Sebastian Bach. Gubahan yang dikenal sulit dimainkan itu dalam lantunan kolintang terdengar sangat menarik.
Setelah itu berturut-turut ditampilkan lagu-lagu daerah dari seluruh Tanah Air. Seperti Lagu Si Patokaan, O Inani Keke, Sinagar Tulo, Ampar-ampar Pisang, Tanase, SioTantina, Jangkrik Genggong, dan Tanjung Perak menggebrak penonton yang memadati Gedung Opera Sydney.
Adapun dari Papua mengalun lagu Yamko Rambe Yamko dan Sajojo. Tiap pergantian lagu disambut dengan tepuk tangan meriah. Beberapa di antaranya ikut bernyanyi bersama.
Musisi Jaya Suprana sebagai pengulas nusik kolintang semakin menyemarakkan acara dengan komentar yang mendalam namun penuh jenaka.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema yang hadir bersama istri, Nino Riphat, mengatakan bahwa pertunjukan musik kolintang dan peragaan busana batik, dua ikon bangsa Indonesia di Gedung Opera House merupakan kebanggaan tersendiri.
“Dua aset budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO ini perlu terus diperkenalkan kepada public internasional, termasuk Australia,” kata Nadjib lewat rilis KBRI Canberra yang diterima Tempo, 11 November 2016.
"Dengan membawa musik kolintang dan adibusana batik, masyarakat Australia diharapkan semakin memahami betapa kaya dan beragamnya khasanah budaya Nusantara,” kata dubes yang dikenal sebagai salah satu diplomat yang memahami dunia musik.
"Malam ini, masyarakat Indonesia di Australia, sangat bangga dengan kehadiran musik kolintang dan batik. Saya berharap adibusana batik Indonesia akan menjadi salah satu trend busana dunia,” tambah dia.
Peragaan busana batik di Gedung Opera Sydney menjadi unik karena diiringi lagu-lagu daerah Nusantara, seperti Soleram, Suwe Ora Jamu, Waktu Hujan Sore-sore dan sebagainya. Para pemodel mengelilingi setiap sudut tempat penonton duduk untuk memberikan kesempatan mereka melihat desain dan kualitas batik secara lebih dekat.
Enny Sukamto bersama dengan sejumlah model lainnya secara anggun dan atraktif menampilkan karya Iwan Tirta, maestro batik Indonesia.
Bukan hanya motif batik yang kental dengan regalia Jawa yang diperagakan, namun juga corak dari daerah lain yang dipadu dengan desain modern.
Dalam peragaan busana, tampil pula model dari Australia yang mengenakan desain batik yang cocok dikenakan beragam kalangan di Australia.
Salah seorang penonton, Bonny Hewitt mengaku kagum pada pertunjukan dan pagelaran yang ditampilkan. "Ini performa musik yang menakjubkan. Saya sangat menyukainya. Indonesia beruntung punya instrumen semacam ini," kata dia.
Penonton lainnya Jenny Morris ikut menari dari tribun atas saat lagu dangdut Terajana diperdengarkan. Jenny juga mengaku terpesona dengan irama music kolintang. "Saking senangnya, saya berencana membeli instrumen kolintang" kata Jenny.
Pagelaran ditutup dengan mengajak para penonton bergoyang bersama melalui lagu dangdut Terajana dan lagu Poco-poco serta Maumere.
Hadir dalam pagelaran tersebut antara lain, Purnomo Yusgiantoro dan istri, wakil dari Konsulat Jenderal RI di Sydney, seperti Iman Havid, Dicky Soerjanatamihardja dan Novan Saleh serta kalangan pengamat seni Australia.
NATALIA SANTI