TEMPO.CO, Los Angeles - Kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 memunculkan protes dari sebagian kalangan mahasiswa dan aktivis di berbagai daerah pada Rabu dinihari, 9 Nopember 2016. Sejumlah demonstran memblokir jalan, menyalakan api, dan meneriakkan kalimat penolakan terhadap Trump seperti “Bukan Presiden Kami”.
Massa bergerak dari kampus-kampus di California menuju New York setelah Trump dinyatakan menang. Di Oakland, sebelah utara California, sebagian massa membakar sampah dan memecahkan jendela. Sedangkan sebagian lain meneriakkan cacian terhadap Trump.
"Aku hancur," kata Drae Upshaw, 19 tahun, mahasiswa asal Meksiko, seperti dilansir The Guardian, Kamis, 10 November 2016. Dia menjelaskan, dia, keluarga, dan rekan-rekannya saat ini merasa takut dideportasi Trump.
Adapun para aktivis yang ikut turun ke jalan khawatir pemerintahan Trump akan berdampak negatif terhadap perempuan, orang dengan kulit berwarna, imigran, kaum LGBT, dan kelompok terpinggirkan lain.
Yamary Ornelas, 18 tahun, seorang mahasiswa, mengaku khawatir terhadap perkembangan adik-adiknya bila Amerika dipimpin Trump. Pasalnya, dia berasal dari keluarga imigran. "Empat tahun adalah waktu yang lama. Bagaimana jika kami mendapatkan delapan tahun kepemimpinan Trump?” tuturnya.
Dalam kampanyenya, Trump pernah mengutarakan keinginan membangun tembok di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko untuk membendung arus imigran. Selain itu, ia pernah menyatakan akan mendeportasi imigran-imigran gelap.
AHMAD FAIZ | GUARDIAN