TEMPO.CO, Jakarta -Arab Saudi telah memecat Menteri Keuangan Ibrahan al-Assaf sebagai upaya untuk mengubah ekonomi setelah anjloknya harga minyak dunia.
Menurut sebuah dekrit Raja Salman, Ibrahim al-Assaf telah dihapus dari jabatannya dan digantikan oleh Aljadaan Mohammed, kepala Otoritas Pasar Modal yang mengatur pasar saham.
Pemecatan Assaf ini menghilangkan sisa-sisa terakhir dari tim ekonomi negara di masa raja sebelumnya, Abdullah. Pria berusia 67 tahun itu menjabat Menteri Keuangan sejak tahun 1996. Selain itu, ia merupakan sekutu dekat Raja Abdullah.
Baca:
Duterte Ajak Malaysia dan Indonesia Ikut Basmi Abu Sayyaf
Warga Malaysia Diimbau Hindari Jakarta Pada 4 November
Sebelum kematiannya, raja diminta untuk melakukan perombakan menteri di kabinet, termasuk pemecatan Menteri Perminyakan Ali al-Naimi.
Sejak tahun 2014, harga minyak dunia jatuh hingga tinggal sekitar setengahnya. Sebagai eksportir minyak terbesar dunia, Arab Saudi memprediksi defisit anggaran negara tahun hingga sekitar US$ 87 miliar. Ditambah dengan adanya perang yang berkecamuk di Yaman, beban Kerajaan bertambah dan telah menghabiskan anggaran US$ 180 miliar serta terpaksa berutang.
Riyadh akhirnya memberlakukan langkah-langkah penghematan drastis, seperti pemotongan belanja publik, subsidi dan pengurangan gaji menteri kabinet. Sedangkan di bidang infrastruktur terjadi penundaan proyek. Termasuk melakukan privatisasi dalam skala besar.
Assaf berperan penting dalam anggara belanja pemerintah yang tinggi sebelum terjadi penurunan harga minyak. Pekan lalu, Assaf mengatakan posisi keuangan Arab Saudi tetap kuat meskipun harga minyak dunia anjlok. Namun, ia menambahkan ada "tekanan" pada likuiditas perbankan. "Kami telah mampu mempertahankan posisi yang baik dalam keuangan publik," kata Assaf.
Satu barel minyak saat ini bernilai sekitar US$50 setelah sempat US$30 pada bulan Januari 2016. Angka ini turun dari puncak lebih dari US$100 selama tahun 2014.
MARIA FRANSISCA | MR