TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok peretas asal Ukraina yang menyebut diri mereka CyberHunta menjebol surat elektronik staf kepresidenan Rusia, Vladislav Surkov. Mereka lalu mengunggah sekitar 2.000 e-mail itu ke situs CyberHuntan.com pada 25 Oktober 2016.
Volume e-mail yang diretas itu hampir sebesar 1 gigabita. Di dalamnya, terungkap peran Rusia dalam membantu pemberontak di Ukraina timur, yang hendak bergabung dengan Federasi Rusia.
Konflik di Ukrania berlangsung selama dua tahun sejak 2014 dan menewaskan 10 ribu orang, termasuk 298 penumpang dan awak pesawat Malaysia MH17, yang dijatuhkan oleh rudal separatis pada Juli 2014 saat melintasi Ukraina.
Di antara e-mail yang diretas itu, terdapat sebuah e-mail pada Juni 2014 yang memuat daftar korban yang terluka dari kubu separatis Donetsk People Republic (DNR) di Ukraina timur, yang dikirim oleh petingginya, Denis Pushilin. Surat elektronik lain dari Pushilin pada bulan yang sama memuat dokumen yang dimiliki Kementerian Informasi DNR.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut surat-surat itu sebagai tipuan. Menurut dia, Surkov tidak memakai e-mail. Namun Badan Keamanan Nasional Ukraina menyebut surel-surel itu asli.
Jurnalis Rusia, Svetlana Babaeva, kepada Associated Press, mengatakan e-mail yang ia kirim kepada Surkov dan masuk daftar retas benar-benar asli. “Saya mengirim surel-surel itu untuk memenuhi permintaan wawancara,” kata dia.
Seorang pengusaha Rusia yang tinggal di London, Evgeny Chichivarkin, menguatkan pernyataan Svetlana. Seperti dikutip The Telegraph, Kamis lalu, Evgeny menyatakan melalui Facebook bahwa e-mail yang ia terima dari Surkov asli.
Surkov adalah pembantu dekat Putin selama lebih dari satu dekade, baik sebagai Deputi Perdana Menteri maupun Wakil Kepala Staf Putin. Surel-surel yang diretas itu ditulis pada 2014, periode ketika Surkov dikenal sebagai “kardinal abu-abu” dari Kremlin alias pembantu Putin di balik layar yang bertanggung jawab menangani operasi-operasi paling krusial Rusia.
Menurut NBC News, Surkov juga terlibat dalam pecahnya “republik-republik” di Georgia. “Ini sebuah peretasan yang serius,” kata Maks Czuperski, Kepala Digital Forensic Research Lab of the Atlantic Council (DFRL), yang meriset bongkahan e-mail itu.
Seperti dilansir USA Today, 28 Oktober 2016, Putin konsisten membantah punya hubungan dengan pemberontak Ukraina.
DWI ARJANTO