TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak pengungsi Suriah dieksploitasi di pabrik garmen di Turki. Pabrik garmen itu menyuplai produknya untuk merek fashion ternama di Inggris.
Temuan tersebut didasari hasil investigasi BBC, yang dipublikasikan pada 24 Oktober 2016. Reporter BBC, Darragh MacIntyre, yang melakukan investigasi, mengungkapkan telah terjadi eksploitasi terhadap pengungsi dan anak-anak.
"Mereka memperoleh upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Mereka menyadari telah dieksploitasi, tapi mereka tidak dapat bertindak apa-apa," katanya.
Baca:
Di Turki: 107 Jurnalis Dipenjara, 155 Media Ditutup
Didakwa Perkosa 19 Anak, Qori Terkenal Iran Sebar Ancaman
Seorang pekerja menggambarkan kondisi mereka yang menyedihkan. "Jika sesuatu terjadi pada kami, mereka akan menjauhi kami seperti potongan pakaian," ucapnya.
Investigasi mengungkapkan, para pengungsi dipekerjakan secara ilegal di pabrik garmen yang memasok pakaian untuk merek ternama: Marks and Spencer, Mango, dan Zara Jeans.
Anak-anak pengungsi Suriah yang bekerja di Turki berusia di bawah 15 tahun dan bekerja lebih dari 12 jam dalam sehari dengan upah kurang dari Rp 14 ribu sejam. Upah ini di bawah upah minimum negara Turki.
Juru bicara Marks and Spencer tidak dapat menerima fakta anak-anak pengungsi Suriah dipekerjakan di pabrik garmen di Turki. "Kami tidak menenggang pelanggaran terhadap cabang-cabang tersebut dan kami berharap itu tidak terjadi lagi," ucapnya.
Danielle McMullan dari Pusat Penelitian Bisnis dan Hak Asasi menanggapi pernyataan tersebut. "Mereka memiliki tanggung jawab memantau dan mengetahui bagaimana proses produksi pakaian mereka dan kondisi yang terjadi," katanya. "Itu tidak cukup mengatakan ketidaktahuan mereka atau bukan kesalahan mereka."
Dalam investigasi tersebut, Darragh mengungkapkan alasan para pengungsi dan anak-anak bekerja. Seorang anak laki-laki mengatakan kepadanya sambil menangis tersedu, jika tidak bekerja, ia tidak dapat hidup.
REZA SYAHPUTRA | MR