TEMPO.CO, Tokyo - Secarik kertas berisi catatan bunuh diri ditemukan dalam mobil milik seorang pria tua yang tewas karena ledakan yang terjadi pada Minggu, 23 Oktober 2016, di sebuah taman yang populer di kota Utsunomiya, Prefektur Tochigi, sebelah utara Tokyo.
Berdasarkan keterangan polisi, mobil itu merupakan milik Toshikatsu Kurihara (72 tahun), yang merupakan mantan staf pasukan bela diri Jepang (SDF) dan tinggal di kota tersebut.
Televisi nasional Jepang NHK mengatakan selain meledakkan diri, pria itu telah membakar rumahnya pada Minggu pagi sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Kurihara diyakini telah membakar rumahnya, lalu meledakkan mobilnya di taman. Setelah itu, dia meledakkan dirinya di dekat taman.
Menurut laporan CNN, tubuh pria berusia 72 tahun itu juga ditemukan hancur setelah meledak. Selain korban tewas yang diduga adalah pelaku bom bunuh diri, ada tiga korban luka dari dua ledakan yang terjadi pukul 11.30 waktu setempat, dan hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi ledakan kedua.
Saksi di tempat kejadian mengatakan suara ledakan kedua terdengar lebih kecil dari ledakan pertama. Ledakan pertama, menurut saksi, mirip seperti ledakan bom.
Saksi lainnya melaporkan ada gumpalan asap hitam mengepul di langit dari tempat parkir setelah ledakan. Setelah dua ledakan, saksi mata juga melaporkan mencium bau seperti mesiu.
Sementara itu, tiga korban luka, di antaranya seorang anak berusia 14 tahun mengalami luka di kakinya, pria berusia 64 tahun menderita cedera kepala, dan pria berusia 58 tahun menderita luka dalam, yaitu pada paru-paru dan hati. Mereka kemudian dilarikan ke rumah sakit setempat untuk menerima perawatan medis.
Beberapa festival yang rencananya akan digelar di taman tersebut pada musim gugur, terpaksa dibatalkan akibat insiden tersebut.
Utsunomiya merupakan ibu kota Perfektur Tochigi yang dihuni sekitar 500 ribu jiwa. Letak kota tersebut berada sekitar 60 kilometer di sebelah utara Tokyo dan dekat dengan tujuan wisata populer, Nikko. Belum diketahui alasan pensiunan militer itu melakukan aksinya.
XINHUA | CNN | YON DEMA