TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemimpin negara Uni Eropa mengecam aksi Rusia atas serangan di Aleppo, Suriah, beberapa waktu lalu. "Uni Eropa sedang mempertimbangkan semua pilihan, termasuk tindakan pembatasan (sanksi) pada Rusia," kata Presiden Prancis, Francois Hollande, dalam pertemuan Uni Eropa seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat 21 Oktober 2016.
Hollande mengatakan bahwa Rusia tidak menghormati putusan gencatan senjata di Aleppo. Dia mengatakan saat ini kota itu telah menjadi kota martir. Uni Eropa berniat untuk memberi sanksi pada Rusia dengan cara larangan perjalanan ke Uni Eropa dan pembekuan aset Rusia.
Awal pekan ini, para menteri luar negeri di Uni Eropa menegaskan bahwa Rusia bisa bersalah atas kejahatan perang di Aleppo. Sebelumnya mereka juga telah menyerukan sanksi kepada Rusia. Mereka ingin agar sanksi tersebut diperluas lagi ke berbagai negara.
Meski demikian, para pemimpin Uni Eropa juga khawatir terhadap posisi Inggris yang telah keluar dari Uni Eropa. Posisi Inggris saat ini memungkinkan untuk menjadi sekutu Rusia. "Inggris meninggalkan Uni Eropa, tapi kami akan terus memainkan peran penuh sampai kita menjadi mitra yang kuat dan dapat diandalkan."
Sebelummnya, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menggelar pertemuan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Hollande. Mereka membahas krisis kemanusiaan dan kejahatan perang di Aleppo. Saat itu Rusia telah menawarkan untuk menghentikan serangan di Aleppo Timur selama 11 jam.
Sejauh ini laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia membeberkan ada sekitar 2.700 orang meninggal atau terluka akibat konflik di Aleppo. Hal ini terjadi sejak pasukan Suriah yang didukung Rusia melancarkan serangan habis-habisan pada bulan lalu.
Saat ini para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk mengambil tindakan dengan kekuatan penuh menentang Rusia. Saat ini Merkel dan Hollande sedang menggalang kekuatan untuk menekan Rusia menghentikan serangan ke Aleppo.
THE GUARDIAN | AVIT HIDAYAT