TEMPO.CO, Washington DC - Kandidat Presiden dari Partai Republik Donald Trump menuding rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton sebagai pembohong. Tudingan itu dilontarkan Trump dalam debat presiden setelah Clinton mengungkap kembali pernyataannya di televisi April lalu.
Dalam debat terakhir yang digelar Rabu malam, 19 Oktober 2016 atau Kamis pagi, 20 Oktober 2016 waktu Indonesia itu, Trump menyebut Clinton salah kutip. Clinton menyatakan Trump mengklaim Jepang seharusnya bisa mempertahankan diri dengan senjata nuklir.
"Ini adalah orang yang sangat angkuh, seperti biasa, soal penggunaan senjata nuklir," Kata Clinton. "Dia menganjurkan lebih banyak negara yang menggunakannya, Jepang, Korea, bahkan Arab Saudi."
Trump langsung menggeleng dan menyebut pernyataan Clinton sebagai 'kebohongan lain' dalam debat ketiga dan terakhir sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat 8 November mendatang.
"Lihat, dia terbukti menjadi pembohong di berbagai kesempatan. Ini hanyalah kebohongan lain," kata Trump.
"Tidak ada kutipan. Kamu tidak akan menemukan sebuah kutipan dari saya."
Menurut kabar yang dilansir The Independent, dalam wawancara dengan moderator debat Chris Wallace dari Fox News Sunday awal April lalu, Trump memang menyatakan hal itu.
"Korea Utara punya nuklir. Jepang bermasalah dengan itu. Artinya, mereka punya masalah besar dengan itu. Mungkin faktanya, akan lebih baik jika mereka mempertahankan diri dari Korea Utara," kata Trump saat itu.
"Dengan nuklir?" tanya Wallace, yang dijawab Trump, "Termasuk dengan nuklir, ya, termasuk dengan nuklir."
Pada Maret, dalam wawancara lain dengan CNN, Trump menyatakan, "Pada satu titik kita harus mengatakan, Anda tahu, kita sebaiknya membiarkan Jepang melindungi diri melawan maniak di Korea Utara."
Jepang memiliki konstitusi pasifis dan kebijakan non-nuklir sejak akhir perang dunia kedua. Dua bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di Kota Nagasaki dan Hiroshima.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menanggapi pernyataan Trump menegaskan bahwa siapapun yang menjadi Presidne Amerika Serikat, aliansi kedua negara akan tetap menjadi batu penjuru diplomasi Jepang.
Sementara Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida menegaskan negaranya tidak mungkin mempersenjatai diri dengan senjata nuklir.
THE INDEPENDENT | MARIA FRANSISKA | NATALIA SANTI