TEMPO.CO, Damaskus - Asma Assad, ibu negara Suriah, akhirnya buka suara setelah delapan tahun terakhir nyaris tak bersuara di publik. Dalam wawancara khusus dengan televisi Rusia, Rossiya 24, Asma mengkritik media Barat yang memecah belah anak-anak Suriah lewat pemberitaan yang disesuaikan dengan cara pandang politik orang tua anak-anak itu dan kebijakan redaksi.
Dengan demikian, kata dia, media Barat mengabaikan anak-anak lain yang juga menjadi korban kekerasan kelompok teroris, seperti Ahrar al-Sham dan Al-Nusra, pada Mei lalu. "Mengapa nasib anak-anak di Zarah tidak mendapat liputan yang sama seperti tragedi Alyan (Aylan Kurdi) dan Omran (Omran Daqneesh)?" tanya Asma.
Baca:
Mirip Perang Teluk, ISIS Bakar Sumur Minyak di Mosul, Irak
Arab Saudi Tembak Mati Pangeran yang Didakwa Membunuh
Patung Telanjang Hillary Clinton Muncul di Manhattan, AS
Menurut Asma, kelompok teroris itu membunuh para lansia serta menculik anak-anak dan perempuan-perempuan di Desa Zarah, Provinsi Hama, Suriah. Namun media Barat mendapat informasi berbeda.
Aylan Kurdi adalah seorang bocah 3 tahun yang tewas tenggelam di Laut Aegean, setelah ia bersama orang tuanya mengungsi dari Suriah menuju Pulau Kos di Yunani. Jasad bocah itu tergeletak di tepi pantai. Foto bocah malang tersebut muncul di media sosial dan mengagetkan masyarakat internasional. Foto Aylan menjadi simbol krisis di Suriah.
Adapun Omran, anak 8 tahun, diselamatkan tim kemanusiaan dari serangan udara di Aleppo yang meruntuhkan bangunan, termasuk rumah orang tua bocah itu. Omran dengan wajah berlumuran darah dan debu duduk diam di dalam ambulans. Dunia kembali bereaksi atas peristiwa yang dialami anak-anak Suriah.
"Mereka semua anak-anak, mereka semua anak-anak yang tidak bersalah, dan mereka semua anak-anak Suriah yang hilang dari pihak yang kami dukung dalam konflik. Dan saya sebagai orang Suriah, saya pribadi sedih dengan kehilangan setiap anak, apakah itu Aylan atau Omran atau lainnya, yang nama mereka tidak ada di halaman depan media Barat," ujar Asma.
Asma juga menyinggung mengenai bantuan kemanusiaan di Suriah. Menurut Asma, bantuan kemanusiaan tidak seharusnya ditentukan oleh geografi, orientasi politik, atau keyakinan agama. “Dilarang hal itu didorong oleh agenda politik,” tutur Assad, yang lahir di London, Inggris, dan menyelesaikan sarjananya di Kings's College, London.
RUSSIA TODAY | MARIA RITA