TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat luar angkasa asal Eropa telah meninggalkan kapal induk setelah terbang dan melakukan perjalanan selama tujuh bulan dari Bumi. Pesawat luar angkasa itu menuju permukaan Planet Mars untuk menguji robot yang akan mencari tanda kehidupan masa lalu dan masa depan.
Untuk mendarat di tanah merah, sebutan Planet Mars, pesawat luar angkasa bernama Schiaparelli itu memerlukan waktu selama tiga hari. Schiaparelli kemudian berpisah dari kapal induk, Trace Gas Orbiter (TGO). Pendaratan ini merupakan misi Eropa-Rusia dalam program ExoMars.
Seperti dikutip dari laman berita Reuters, Kepala misi Exomars dari Badan Antariksa Eropa (ESA), Paolo Ferri, mengatakan pemisahan kapal berjalan mulus. "Schiaparelli berhasil meninggalkan TGO," ujar dia, Senin, 17 Oktober 2016.
Baca Juga:
Dikritik Istri, Presiden Nigeria: Dia Selayaknya di Dapur
Bahasa Indonesia Masih Populer di Australia
Wanita di India Dilarang Miliki dan Gunakan Telepon Seluler
Misi ini merupakan upaya kedua Eropa mendaratkan pesawat ke Mars. Program sebelumnya gagal dijalankan oleh Inggris dengan Beagle 2 pada 2003. Pendaratan ke Mars berjarak 35 juta mil (56 juta kilometer) dari Bumi. Pendaratan ini merupakan misi yang sulit dilakukan, baik oleh Rusia maupun Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Perusahaan Elon Musk milik SpaceX tengah mengembangkan pesawat roket besar dan kapsul untuk mengangkut orang dalam jumlah besar dan kargo ke Mars. Tujuannya untuk mencari tanda kehidupan dan membuat koloni di Mars.
Elon Mask sendiri akan meluncurkan produk luar angkasanya pada 2024. Sedangkan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama berjanji akan mengirimkan orang ke Mars pada 2030.
Program Exomars dan mendaratnya Schiaparelli sendiri bertujuan mencari gas, seperti metana, di Mars. Para peneliti percaya bahwa metana erat kaitannya dengan kehidupan di Bumi karena dianggap berasal dari makhluk hidup mikro yang punah jutaan tahun lalu.
Makhluk hidup yang telah punah itu juga dianggap meninggalkan gas beku di bawah permukaan planet. Bahkan, beberapa makhluk hidup dianggap masih memproduksi metana.
Misi ExoMars 2016 yang dipimpin ESA dan bekerja sama dengan Rusia (Roscomos) ini menyediakan alat peluncur dan empat instrumen ilmiah lainnya dalam pesawat pengorbit (TGO). Kontraktor utamanya adalah Thales Alenia Space, perusahaan gabungan antara Thales dan Finmeccanica.
Biaya misi ExoMars diproyeksi mencapai 1,3 miliar euro atau setara US$ 1,4 miliar. NASA pada 2018 juga berencana meluncurkan sebuah pesawat luar angkasa ke Mars, atau satelit bernama InSight yang dirancang untuk mempelajari bagian dalam planet tersebut.
REUTERS | HUSSEIN ABRI DONGORAN