TEMPO.CO, Abuja - Presiden Nigeria Muhammadu Buhari merendahkan istrinya setelah dikritik mengenai pola kepemimpinannya. Menurut Buhari, istrinya cukup urus rumah dan tidak mencampuri pemerintahannya.
Istri Buhari, Aisha Buhari, secara terbuka mengusulkan agar suaminya merombak total stafnya yang telah dibajak dan disabotase sekelompok orang di dalam pemerintahan.
Aisha juga berjanji tidak akan mendukung Buhari jika kembali maju dalam pemilihan presiden jika tidak mau merombak total stafnya.
Baca:
Perusahaan Ini Jual Fashion Khusus Jasad Agar Tampil Keren
Goda Pramugari, Pria Ini Diusir Keluar dari Pesawat
Ucapan Aisha itu membuat Buhari berbalik mengkritik istrinya bertepatan saat ia bertemu Kanselor Jerman Angela Merkel dan memberikan pernyataan bersama di hadapan media di Jerman, seperti dikutip dari BBC, 14 Oktober 2016.
"Saya tidak tahu istri saya mengetuai partai apa. Tapi dia selayaknya berada di dapur rumah saya dan di ruang tamu serta di kamar lain," kata Buhari, 73 tahun.
Buhari kemudian meminta istrinya mengingat kembali bagaimana ia dulu memenangkan pemilihan presiden.
"Saya lebih berpengetahuan dibandingkan Aisha dan begitu juga kelompok oposisi. Sebab itu saya berhasil. Bukan perkara mudah untuk memuaskan semua partai oposisi di Nigeria atau mereka yang berada dalam pemerintahan," katanya.
Aisha yang merupakan seorang ibu dan nenek, memiliki gelar sarjana dalam bidang urusan internasional dan studi strategis dari Akademi Pertahanan Nigeria dan pernah belajar di sekolah kecantikan di Inggris dan Dubai.
Sebagai Ibu negara, Aisha banyak terlibat dalam masalah kewanitaan dan kesehatan anak-anak. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Aisha mengatakan pemerintah Nigeria telah dibajak dan disabotase sebagian kecil kelompok dalam pemerintahan. Namun dia menolak untuk menyebutkan nama-nama yang telah dicurigainya.
Lebih lanjut, Aisha mengatakan dia akan melawan suaminya pada pemilihan presiden mendatang jika masih mempercayai orang-orang tersebut.
Buhari terpilih tahun lalu dengan janji untuk mengatasi korupsi dan nepotisme di pemerintahan. Pada pemilu tersebut, Aisha cukup berperan penting terhadap kemenangannya.
Aisha berkampanye dengan penuh semangat untuk suaminya dalam pemilihan tahun lalu di Nigeria, menyelenggarakan pertemuan dengan kelompok-kelompok perempuan dan organisasi pemuda di seluruh negeri.
Namun, Aisha tetap merendah pada awal pemerintahan dan hampir tidak terlihat atau terdengar. Dia memfokuskan diri untuk karyanya tentang pemberdayaan perempuan dan membantu korban kejahatan kelompok ekstremis bersenjata Boko Haram.
Saat ditanya apa prestasi terbesar pemerintah Nigeria, Aisha mengatakan adanya peningkatan keamanan di wilayah utara yang menjadi tempat kelompok Islam militan Boko Haram mengobarkan pemberontakan sejak 2009.
Dan saat ini ekonomi Nigeria babak belur oleh harga minyak dunia rendah dan devaluasi mata uang. Pada Agustus lalu, Nigeria memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
BBC | YON DEMA