TEMPO.CO, Damaskus - Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan, kedutaan besarnya di Damaskus, Suriah, ditembaki kelompok yang diduga ekstremis selama sekitar dua jam pada Rabu, 12 Oktober 2016.
Tidak ada korban, baik yang meninggal maupun yang cedera, dalam serangan di Kedutaan Besar Rusia di Damaskus itu. Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam serangan kedua dalam bulan ini tersebut.
"Pada 12 Oktober 2016 mulai pukul 11.30, lingkungan di Damaskus, di mana Kedutaan Besar Rusia terletak, menjadi sasaran serangan mortir selama hampir dua jam dari Distrik Jobar yang dikendalikan ekstremis," bunyi pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri, seperti dilansir Russia Today.
Baca:
Belanda Segera Legalkan Permintaan Bunuh Diri
Di Afganistan Ada Kafe Khusus Wanita Nikmati Kopi
Lebih rinci dijelaskan, salah satu granat meledak di dekat pos keamanan kedutaan dan lainnya meledak tidak jauh dari pintu masuk bagian konsuler. Sedangkan dua mortir meledak beberapa ratus meter dari pagar kedutaan.
Selain itu, terdapat satu mortir lagi yang jatuh tepat di atap sebuah sekolah yang terletak di dekat kedutaan, tapi beruntung tidak meledak.
Kementerian juga menyatakan mengutuk serangan yang dianggap sebagai aksi terorisme dan meminta kekuatan dunia bereaksi. Rusia juga menyatakan akan tetap konsisten melanjutkan pertempuran di Suriah.
Rusia, yang merupakan sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad yang ingin digulingkan pemberontak yang didukung Barat, secara resmi mulai ambil bagian dalam perang di Suriah sejak September 2015.
Sebelum intervensi secara langsung melalui serangan udara, keterlibatan Rusia dalam perang saudara di Suriah adalah mempersenjatai tentara pro-pemerintah Suriah. Selain menyerang pemberontak, Rusia menyerang kelompok teroris ISIS.
RT | SPUTNIK | YON DEMA