TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia segera mengunjungi Cina dan juga berencana melakukan perjalanan ke Rusia sembari mengkritik sekutunya, Amerika Serikat, yang dianggap arogan.
"Cina telah berulang kali mengundang saya. Saya telah menerima tawaran itu," kata Presiden Duterte dalam pidatonya seperti dilansir Russia Today pada 11 Oktober 2016.
Baca:
Cina Bangun Reaktor Nuklir Mini di Laut Cina Selatan
WikiLeaks: Hillary Sebut Saudi dan Qatar Biayai ISIS
Peringati Asyura, 14 Pengikut Syiah Afganistan Ditembak
Dalam kunjungan yang dijadwalkan berlangsung pada 19-21 Oktober mendatang di Cina, Presiden Duterte akan membawa serta sekitar 250 pengusaha untuk membahas prospek kemitraan.
Setelah mengumumkan rencana kunjungan tersebut, Presiden Duterte kembali mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang dianggapnya arogan. Presiden Duterte juga mengatakan ia lebih memilih mengunjungi Cina dan Rusia karena dua negara komunis itu lebih menghargainya serta tidak pernah mengkritik kebijakannya memerangi narkoba.
Ini akan menjadi perjalanan pertama Presiden Duterte di luar Asia Tenggara sejak terpilih pada 30 Juni 2016, menandakan pentingnya meningkatkan hubungan dengan Beijing, yang memburuk karena sengketa klaim di Laut Cina Selatan. Pada 12 Juli, Pengadilan Tetap Arbitrase Internasional di Den Haag memutuskan klaim Beijing tidak berdasar dan telah melanggar wilayah kedaulatan Manila.
RUSSIA TODAY | SOUTH CHINA MORNING POST | YON DEMA