TEMPO.CO, Washington, DC - Tim kampanye calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, kini berusaha memperbaiki citra kandidatnya menyusul bocoran surat elektronik atau e-mail yang dirilis WikiLeaks pada Senin, 10 Oktober 2016. Seperti dilansir Yahoo News, Rabu, 12 Oktober 2016, dalam e-mail yang ditujukan kepada John Podesta—saat itu penasihat Gedung Putih, Clinton menuding pemerintah Arab Saudi dan Qatar diam-diam membiayai kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
E-mail yang dikirim pada 17 Agustus 2014, delapan bulan sebelum Clinton mencalonkan diri sebagai calon presiden, menyebut langkah-langkah melawan ISIL—begitu ia menyebut ISIS. Podesta bekerja sebagai ketua tim kampanye Clinton sejak Januari 2015.
“Kita harus menggunakan upaya diplomatik dan intelijen untuk menekan pemerintah Qatar dan Saudi, yang menyediakan dukungan dana dan logistik untuk ISIL dan kelompok teror Sunni lain di Timur Tengah,” tulis Clinton.
E-mail ini merupakan satu dari ribuan e-mail milik akun pribadi Podesta di Gmail yang diretas dan dibocorkan WikiLeaks pekan ini. Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat secara resmi menuding Rusia dalam upaya peretasan untuk mengganggu proses kampanye pemilihan presiden.
“E-mail ini diretas dan dicuri pemerintah Rusia serta digunakan WikiLeaks untuk membantu Donald Trump,” ujar Glen Caplin, juru bicara senior tim Clinton, kepada Yahoo News, Rabu, 12 Oktober 2016. “Kami tidak akan membahas materi yang berasal dari bahan curian.” Clinton sendiri menolak menanggapi berita tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang pembantu Clinton yang menolak disebutkan namanya menyatakan sentimen itu sudah lama. “Hillary Clinton sudah sering menyebut Saudi dan Qatar mendukung teror.” Ia menyebut pidato Clinton pada September dan November tahun lalu. Dua pidato itu secara tegas menyebutkan kedua negara terlibat dalam jaringan terorisme.
Yang menarik, saudara John Podesta, Tony Podesta, mengorganisasi salah satu perusahaan pelobi terbesar di Washington. Pada September 2015, perusahaan ini meneken kontrak dengan pemerintah Saudi. Beberapa pekan kemudian, Tony Podesta mengorganisasi pendanaan untuk kampanye Clinton dan tercatat sebagai pemberi donasi terbesar.
YAHOO NEWS | THE INDEPENDENT | SITA PLANASARI AQUADINI