TEMPO.CO, Manila- Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan menandatangani undang-undang baru yang memberlakukan aturan larangan merokok secara nasional dalam waktu dekat.
Duterte akan mengadopsi aturan larangan merokok, yang dibuatnya semasa menjabat wali kota di Davao, ke dalam undang-undang larangan merokok secara nasional nantinya.
Baca:
Waspada, Teror Ancam Bangkok Akhir Oktober
PBB Setuju Sahara Barat Menentukan Nasibnya Sendiri
Eks Presiden Uni Soviet, Gorbachev: Dunia di Titik Berbahaya
Menteri Kesehatan Paulyn Ubial mengatakan larangan akan diberlakukan di semua tempat umum, baik di dalam maupun di luar ruangan.
"Area taman, stasiun bus, dan dalam kendaraan juga dikategorikan sebagai tempat umum. Selain itu, Kementerian Kesehatan ingin melarang sepenuhnya iklan terkait rokok dan area merokok di dalam gedung," kata Ubial seperti dilansir IB Times pada 11 Oktober 2016.
Ketika ditanya tentang reaksi industri tembakau terhadap peraturan tersebut, Ubial mengatakan hal tersebut tidak akan berpengaruh. Jika ingin menentangnya, berarti melawan Presiden Duterte.
Ubial juga menambahkan bahwa Presiden Duterte dijadwalkan menandatangani undang-undang tersebut dalam bulan ini.
Sekitar dua bulan lalu, Presiden Duterte mengumumkan rencananya untuk membuat peraturan tentang larangan merokok di Filipina seperti yang dilakukannya di Kota Davao.
Duterte mengklaim, kebiasaan merokok berdampak buruk pada pengisap dan penghirup asap rokok.
Menurut Rappler, Duterte sangat ketat terhadap perokok. Dia bahkan pernah memaksa seorang turis asing menelan puntung rokok ketika mereka menolak mengikuti larangan merokok di Davao.
Bukan hanya tentang merokok, saat kampanye awal tahun ini, Duterte juga memperingatkan bahwa ia akan menerapkan larangan alkohol di tempat umum.
Presiden berusia 70 tahun tersebut, yang dijuluki The Punisher atau penghukum, terkenal kejam dalam kampanye melawan narkoba sejak menjadi Presiden pada awal tahun ini, hingga mengundang banyak kecaman internasional. Namun dia menolak mundur dari perang terhadap narkoba yang sedikitnya telah menewaskan 2.000 orang sejak Mei.
IB TIMES|RAPPLER|INQUIRER|YON DEMA