TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mendesak Dewan Keamanan PBB menyelidiki adanya dugaan kejahatan perang konflik pemberontak dengan pemerintah Turki di Aleppo, Suriah.
"Dewan harus bekerja untuk melindungi warga dan membawa masalah ke solusi politik," katanya kepada wartawan, seperti dilansir Washington Post pada Senin, 10 Oktober 2016.
Ban mengutarakan kekecewaan kepada wartawan. Menurut dia, Dewan Keamanan tidak memiliki persatuan untuk menyelamatkan warga Aleppo. Hal ini ditunjukkan lewat hak veto yang digunakan Rusia untuk menghentikan serangan udara secepatnya di Aleppo.
Dewan Keamanan diminta berhenti berdebat. Ia juga meminta kedua pihak melakukan gencatan senjata, termasuk menghentikan serangan di pusat Aleppo dan kota lain.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menuturkan pihaknya telah menjalin kesepakatan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengenai pengiriman bantuan untuk korban di Aleppo. Kesepakatan itu mereka jalin di Rusia pada Senin, 10 Oktober 2016.
"Kami memiliki kesepakatan bersama bahwa segala sesuatu harus dilakukan untuk memberi bantuan kemanusiaan ke Aleppo," ujar Putin, seperti dilansir Reuters dalam Newshub. Putin menegaskan, pihaknya akan memastikan pengiriman bantuan.
"Satu-satunya masalah adalah memastikan keselamatan pengirim bantuan," katanya. Putin khawatir para pengirim bantuan akan menjadi korban peperangan.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menginginkan rute aman agar diatur dan ditetapkan untuk mengevakuasi pasien yang sakit serta pengungsi dari Aleppo. Juru bicara WHO, Fadela Chaib, menyatakan di Aleppo kini hanya tersisa 35 dokter yang bertugas menangani ratusan pasien. Bahkan ada kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah.
Rusia sejauh ini mendukung pemerintah Suriah melawan para pemberontak di Aleppo. Saat ini bagian timur Kota Aleppo itu dikendalikan para pemberontak penentang pemerintah Suriah.
Sejak saat itu, serangan demi serangan membombardir Aleppo dan sekitarnya hingga menewaskan setidaknya 248 orang, termasuk warga sipil. Amerika Serikat dan sekutunya yang mendukung pemberontak mengutuk serangan yang bertubi-tubi itu dan menuduh Rusia sebagai kaum barbar.
THE WASHINGTON POST | AVIT HIDAYAT