TEMPO.CO, Aleppo - Sepasang mata bulat bayi perempuan usia dua bulan ini membuat dokter yang merawatnya di rumah sakit Universitas Aleppo, Suriah menitikkan air mata seraya tersenyum.
Mais, nama bayi itu, baru saja diselamatkan dari maut yang dibawa ibunya. Mais dilarikan ke rumah sakit Universitas Aleppo setelah ibunya berusaha membunuhnya dengan menancapkan pisau di perutnya.
Mengira Mais tewas, sang ibu kemudian beralih melukai tubuhnya dengan harapan mati bersama-sama dengan bayinya.
Sang ibu dan bayinya tinggal di Aleppo, kota yang saat ini dilanda perang mengerikan antara pasukan Pemerintah Suriah dan para pemberontak anti presiden Bashar al-Assad.
"Ibu ini membunuh bayinya dan mengirimnya ke surga lebih baik daripada di neraka tempat ia sekarang hidup," kata Hanaa Singer, perwakilan UNICEF di Suriah seperti dikutip dari Mirror, 8 Oktober 2016.
Ibunda Mais frustasi dan putus asa menyaksikan kekejaman perang yang melanda Aleppo. Ia sudah lebih dulu kehilangan anak laki-laki dan suaminya akibat keganasan perang di Aleppo. Ia memutuskan mengikuti jejak keluarganya yang sudah lebih dulu pergi selamanya.
"Keluarga ini telah lima kali berpindah tempat tinggal dalam tiga tahun, dia kehilangan anak laki-laki dan suaminya dalam perang baru-baru ini, dan akhirnya dia tak mampu mengatasinya," kata Hanaa.
Menurut catatan paramedis di Aleppo, satu dari 10 perempuan berusaha bunuh diri dalam kurun waktu dua minggu terakhir. Mereka merasa bersalah tidak sanggup melindungi anak-anak mereka.
Sementara 100 ribu lebih anak-anak di kota Aleppo berperang melawan rasa lapar dan sakit. Mereka terkurung di tempat penampungan tertutup di zona kematian. "Mereka terjebak dan mereka tak punya cara untuk lari," kata Alun McDonald dari Save the Children.
Sehingga bunuh diri pun dipilih sebagai jalan tersingkat untuk mengakhiri penderitaan panjang di kota terbesar di Suriah.
MIRROR | MARIA RITA