TEMPO.CO, Manila - Artis film Filipina, Agot Isidro, membuat pernyataan mengejutkan tentang Presiden Rodrigo Duterte. Isidro menyebut Presiden Duterte sebagai psikopat setelah mengeluarkan kebijakan menolak bantuan asing dan berusaha mengakhiri kerja sama Filipina dengan sekutu lama negara itu, Amerika Serikat.
Lewat akun Facebook-nya, Isidro menjelaskan kebijakan Presiden Duterte akan membuat rakyat Filipina kelaparan. Ia mengingatkan Filipina merupakan negara Dunia Ketiga, bukan superpower.
Baca: Alasan Rachmawati Soekarnoputri Bersahabat dengan Korut
"Pertama, tak seorang pun berusaha melawanmu. Sebenarnya, Anda yang memilih untuk bertikai. Kedua, negara tempat Anda dipilih sebagai presiden yang lebih 16 juta dari lebih 100 juta orang adalah Dunia Ketiga. Anda berbicara seolah-olah Filipina negara superpower. Maaf, kami tidak mau kelaparan. Jika Anda mau, lakukan itu untuk diri Anda sendiri. Tinggalkan kami. Banyak rakyat tidak punya apa-apa untuk makan, dan Anda akan membuat kami semakin lebih cepat kelaparan," kata Isidro di akun Facebook-nya pada 7 September 2016 dan dikutip Inquirer pada Minggu, 9 Oktober 2016.
"Ketiga, saya tahu psikiater. Periksalah dirimu. Anda bukan penderita bipolar. Anda seorang psikopat," ujar Isidro kesal.
Pernyataan Isidro di akun Facebook-nya pun membuat dia menjadi bahan pembicaraan di media sosial Twitter. Lebih dari 6.100 membagikan unggahan Isidro dan lebih 18 ribu pemilik akun Twitter memberikan tanggapan.
Baca: Cina Jual Bebas Secara Online Senjata Kimia
Keberanian Isidro menyebut Presiden Duterte sebagai psikopat mendapat tanggapan dari juru bicara Kepresidenan Filipina, Ernesto Abella.
"Kita perlu sungguh-sungguh mendengar apa yang dikatakan Presiden kepada rakyat Filipina, yang di antaranya mengenai merdeka dari ketergantungan dari bantuan asing, apa yang ditakutkan wanita itu akan kita hilangkan," kata Abella.
Abella menegaskan lagi: Presiden mengatakan rakyat Filipina benar-benar merdeka secara ekonomi, mental, dan psikologi.
Pernyataan berbeda datang dari Sekretaris Kantor Komunikasi Kepresidenan Martin Andanar. Ia menyatakan pemerintah menyambut bantuan asing dari PBB dan Uni Eropa sekalipun Presiden Duterte menghapusnya. "Kami menyambut komitmen Uni Eropa dan PBB kepada Filipina. Kerja sama kita berada di atas berbagai perbedaan kebijakan," kata Andanar.
INQUIRER | MARIA RITA