TEMPO.CO, Ankara - Dua militan yang diyakini hendak mempersiapkan serangan bom mobil, bunuh diri setelah polisi menghampiri dan memintanya menyerah. Mereka tewas di sebuah daerah di Provinsi Ankara, Turki.
Gubernur Ankara Ercan Topaca mengatakan pelaku yang diyakini berjenis kelamin pria dan wanita ini, diduga memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata Partai Pekerja Kurdistan (PKK). "Sepertinya ada kemungkinan hubungan dengan PKK," katanya dikutip dari BBC, Sabtu, 8 Oktober 2016.
Ercan Topaca menuturkan polisi sebelumnya telah menemukan tempat persembunyian pasangan itu di peternakan kuda di Distrik Haytmana. Operasi penyergapan ini dimulai sekitar pukul 06.00 waktu setempat. Polisi juga menyita dua buah plastik berisikan bahan peledak dan 200 kilogram amonium nitrat.
Polisi juga menemukan kartu identitas yang diyakini milik salah satu calon pelaku bom bunuh diri yang berjenis kelamin pria. Ia diketahui berasal dari sebelah tenggara Provinsi Bingol. Saat ini, kata Ercan, polisi masih mencari adanya tersangka ketiga.
PKK telah memberontak selama tiga dekade dan fokus pada wilayah Turki bagian tenggara. Selama periode itu lebih dari 40 ribu orang tewas. PKK dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Gencatan senjata sempat terjadi selama dua tahun antara PKK dan pemerintah Turki. Namun berakhir pada Juli tahun lalu dan berimbas dengan munculnya bentrokan dan serangan bom. Kelompok Islam militan maupun kelompok sayap kiri juga ikut melancarkan serangan bom di Turki pada masa lalu.
Sedangkan Kamis kemarin sebuah serangan bom terjadi di dekat kantor polisi di Istanbul dan melukai sepuluh orang. Kurdistan Freedom Hawks (TAK), organisasi cabang dari PKK, mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
AHMAD FAIZ | BBC | HAARETZ