TEMPO.CO, Ankara - Kehadiran militer Turki di Irak tidak bertujuan untuk menduduki negeri, melainkan demi stabilitas ketika Irak terancam terbelah. Hal itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus, kepada wartawan di Ankara, Rabu, 5 Oktober 2016.
Pasukan Turki saat ini berada di kamp pelatihan Bashiqa, Irak. Menurut Kurtulmus, kehadiran mereka berdasarkan permintaan Presiden Kurdi Irak, Masoud Barzani, untuk memberikan pelatihan kepada pasukan setempat.
"Turki tidak ingin menjadi bahan perdebatan," katanya kepada wartawan.
Turki dan Irak terlibat perang politik setelah kedua negara memanggil pulang duta besar masing-masing. Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, memperingatkan Turki agar tak menjadi pemicu perang regional gara-gara militernya berada di wilayahnya.
Menteri Luar Negeri Irak memanggil duta besar Turki di Bagdad untuk menyampaikan protes atas komentar provokatif Perdana Menteri Turki, Binali Yildrim, pada Selasa 4 Oktober 2016.
Dalam pernyataannya yang dikutip media, Yildrim mengatakan melalui juru bicaranya, militer Turki merencanakan melakukan operasi guna mengejar militan ISIS di kota Mosul.
Hubungan Irak dan Turki memanas sejak akhir 2015 ketika Turki mengirimkan pasukan ke kawasan Bashiqa, sebelah timur Mosul, untuk melatih warga setempat berperang melawan ISIS di sana. Aksi ini membuat Bagdad murka karena dianggap melanggar kedaulatan negara dan meminta pasukan Turki segera angkat kaki, namun seruan tersebut tak diindahkan Ankara.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN