TEMPO.CO, Gaza - Bekas Presiden Israel dan peraih hadiah Nobel Perdamaian, Shimon Peres, meninggal pada Rabu dinihari, 28 September 2016, waktu setempat, dalam usia 93 tahun akibat serangan stroke.
Menurut laporan Al-Jazeera, Rabu ini, setelah mengutip keterangan dokter Rafi Waden, Peres meninggal sekitar pukul 03.00 (00.00 GMT). "Seluruh keluarganya berkumpul di sekitar Peres ketika dia meninggal," demikian ditulis Al-Jazeera.
Mengomentari kepergian Peres, bekas juru runding Palestina, Diana Butt, mengatakan kepada Al-Jazeera, "Pria itu sejak awal adalah seorang penjahat perang."
Butt menambahkan, "Dia seseorang yang sangat diyakini telah melakukan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina. Ketika berkuasa, Peres tidak hanya merampas dan mencaplok tanah Palestina, tapi juga membangun permukiman bagi Yahudi Israel di tanah Palestina. Perbuatan dia melanggar hukum internasional."
Peres dirawat di sebuah rumah sakit dekat Tel Aviv sejak 13 September 2016 ketika merasa tidak enak badan dan menderita stroke akibat perdarahan dari dalam tubuhnya. Sejak saat itu, Peres menjalani perawatan intensif hingga ajal menjemput.
Peres dikenal sebagai pengendali kuat di negaranya. Ia pernah menjabat perdana menteri dua kali, kemudian terpilih menjadi presiden. Semua jabatan kekuasaan itu ia pegang dari 2007 hingga 2014.
Peres pernah meraih hadiah Nobel Perdamaian bersama Perdana Menteri Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina, Yasser Arafat, atas perannya dalam negosiasi perdamaian, yang dikenal dengan nama “Kesepakatan Oslo”.
AL-JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN