Pemerintah Shibushi lantas menarik iklan video tersebut. Mereka menjelaskan bahwa tidak ada unsur pelecehan. Mereka komitmen melestarikan pertanian belut yang berkelanjutan di tengah ancaman penangkapan berlebihan.
Belakangan ini, beberapa daerah di Jepang mendapat kritikan terkait ajang promosi yang dianggap terdapat unsur seksisme atau diskriminasi yang dilakukan berdasarkan gender atau jenis kelamin seseorang.
Baca juga:
Polisi Sebut Reza dan Elma Tahu Pesta Seks Gatot Brajamusti
Sindir Mario Teguh, Deddy: Aku Tetap Sayang Andai Si Anak Bukan…
Kota Shima, yang menjadi tuan rumah KTT G7 tahun 2016, dikritik setelah menggunakan maskot karakter perempuan yang dikatakan banyak orang terkait dengan seksis. Karakter animasi itu diberi nama Meg.
Sosok itu untuk menggambarkan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai penyelam. Memang, perempuan lokal menyelam untuk mencari kerang, rumput laut dan makanan laut lainnya tanpa menggunakan tabung pernapasan.
Beberapa penyelam lokal mengatakan bahwa Meg, yang digambarkan sebagai seorang gadis berusia 17 tahun berdada besar, telah merendahkan profesi mereka.
Kasus lain seksisme muncul dalam sebuah iklan online untuk perangkat terjemahan. Ada seorang pria Inggris yang dilengkapi dengan produk tersebut mencoba untuk membujuk wanita Jepang secara acak untuk dicium.
Awal pekan ini, gugatan diluncurkan terhadap wali kota sebuah kota di barat terkait pamflet tentang cara membesarkan anak.
Pamflet yang berisis 12 tips tentang membesarkan anak-anak dianggap seksi karena terdapat seruan yang mendorong anak laki-laki untuk menjawab dengan riang, sedangkan anak perempuan didorong untuk menjawab dengan sopan.
GUARDIAN | YON DEMA
Baca juga:
Pilkada DKI: Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Kini Ahok Kalah
Anies Bisa Kalahkan Ahok? Ini 5 Hal Mengejutkan di Pilkada DKI