TEMPO.CO, Riyadh - Pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya mengumumkan bahwa kebijakan memotong gaji pegawai negeri sipil (PNS) secara resmi telah diberlakukan. Kebijakan tersebut diterapkan sebagai upaya lebih mengetatkan pengeluaran menyusul turunnya harga minyak.
Selain staf biasa, dekrit kerajaan tersebut berimbas pemotongan gaji menteri kabinet sebesar 20 persen, selain mengurangi tunjangan tahunan untuk perumahan, furnitur, dan kendaraan roda empat sebesar 15 persen dari anggota badan legislatif atau Dewan Syura.
PNS berpangkat rendah tidak akan mendapatkan kenaikan gaji serta pembayaran lembur dan cuti tahunan.
Sekitar dua pertiga angkatan kerja di Arab Saudi bekerja di sektor publik. Gaji dan tunjangan mereka menyumbang hampir setengah dari pengeluaran pemerintah pada 2015 atau sekitar US$ 120 miliar (Rp 1.552,9 triliun) dan memberikan kontribusi untuk defisit anggaran sebesar US$ 98 miliar (Rp 1.268,2 triliun).
Dekrit kerajaan yang diterbitkan pada Senin, 26 September 2016, itu juga memerintahkan pemerintah menghentikan penyediaan mobil untuk pejabat senior dan pejabat eselon serta membatasi pengeluaran telekomunikasi.
Perubahan tersebut akan dimulai pada tahun baru Islam, yang jatuh pada 2 Oktober mendatang.
Sejak 2014, harga minyak dunia telah jatuh hingga lebih dari setengahnya, yang menyebabkan Arab Saudi membuat rekor defisit tahun lalu.
Turunnya sumber utama pendapatan kerajaan tersebut menyebabkan pemotongan subsidi yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan pembatasan pada pengeluaran pemerintah.
Pada April lalu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengumumkan, rencana reformasi dimaksudkan untuk mengurangi pengeluaran pemerintah dan mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak.
Pangeran Salman juga mengatakan, pada 2030, tunjangan dan gaji PNS akan dipotong hingga 40 persen serta meningkatkan lapangan kerja sektor swasta. Akhir tahun lalu, pemerintah juga memotong subsidi untuk bahan bakar minyak, air, dan listrik.
Dalam menanggapi pengumuman itu, beberapa warga Arab Saudi mengeluh lewat media sosial untuk meratapi apa yang mereka ingat sebagai hari yang lebih baik di bawah Raja Abdullah, yang meninggal tahun lalu.
BBC | FOX NEWS | YON DEMA