TEMPO.CO, Tokyo - Perusahaan yang bergerak di bidang advertising, Dentsu Inc, mengaku telah meminta tagihan lebih terhadap klien dan sengaja menipu mereka. Hal ini terungkap setelah sebuah badan investigasi menunjukkan praktek Dentsu yang telah berlangsung setidaknya empat tahun.
Praktek penipuan tersebut terkait dengan cara perusahaan menempatkan bisnis online terhadap klien. Pada 23 September lalu, perusahaan yang berbasis di Tokyo itu mengaku bahwa sejauh ini telah mengidentifikasi 633 kasus permintaan tagihan yang berlebihan dan jumlah angka kecurangan itu telah mencapai sekitar 230 juta yen atau setara US$ 2,3 juta dan melibatkan 111 pelanggan atau pengiklan. Skandal tersebut terungkap berawal dari keluhan perusahaan otomotif, Toyota Motor Corp, pada Juli lalu.
Menurut Dentsu, Toyota, salah satu klien utama, mencoba untuk mengukur efektivitas iklan online pada Juli dan menemukan sejumlah kejanggalan. Toyota kemudian melaporkannya kepada Dentsu. Dentsu menanggapinya dengan mengatakan akan berencana melakukan negosiasi dengan para pengiklan untuk mengembalikan uang yang telah mereka bayarkan.
Skala aktivitas penipuan yang melibatkan layanan iklan digital itu bisa jauh lebih buruk daripada yang diungkapkan perusahaan yang menangani sekitar 200 ribu iklan Internet atas nama 1.810 klien itu.
Dalam hal penipuan yang dilakukan Dentsu, skandal tersebut berpusat pada kontrak mereka dengan klien dengan cara mempromosikan perusahaan mereka pada situs web dan aplikasi telepon pintar. Kedua perusahaan induk serta anak perusahaan Dentsu terlibat dalam praktek-praktek kecurangan pada periode November 2012 hingga Agustus 2016, berdasarkan data yang telah dikonfirmasi kebenarannya.
Praktek lainnya, Dentsu juga terlibat mem-posting iklan selama periode yang berbeda dari yang dipasang pengiklan. Selain itu, karyawan Dentsu dan anak perusahaannya juga menyerahkan laporan palsu kepada pengiklan dalam hal iklan yang ditunjukkan tentang berapa orang yang membuka laman dan hal-hal lainnya.
Dentsu membantu para pengiklan memberikan saran tentang situs online yang cocok, durasi pertunjukan, dan bagaimana cara mencapai target penonton yang diusulkan, untuk siapa iklan itu ditujukan, dan faktor usia. Pengiklan kemudian dapat menilai apakah iklan yang Dentsu buat dapat berhasil dengan hanya melihat banyaknya orang yang mengunjungi sistem tersebut (page views).
Tak seperti iklan untuk koran dan televisi yang biaya dan kondisi lainnya ditentukan dimuka, Dentsu mengamankan ruang untuk iklan Internet melalui proses penawaran dan memutuskan berapa harga yang mereka patok. Menurut Dentsu, memasang iklan melalui online lebih rumit daripada yang dilakukan perusahaan iklan di koran ataupun televisi.
Atas tindak penipuan ini, Dentsu menyalahkan adanya kekurangan tenaga kerja pada distribusi pada divisi yang bertanggung jawab atas kejadian penipuan tersebut.
"Kami harus datang untuk mengatasi situasi dengan cara meningkatkan jumlah staf di divisi mereka," kata Shoichi Nakamoto, Wakil Presiden Senior Eksekutif Dentsu.
Nakamoto melanjutkan, "Kami berpikir bahwa itu adalah masalah manajemen dan bukan dari satu individu tertentu,” ucap Nakamoto, seperti dilansir dari Asahi.com, Selasa, 27 September 2016.
ASAHI.COM | DESTRIANITA