TEMPO.CO, Kashmir - Kashmir di wilayah India diguncang unjuk rasa setelah militer membunuh seorang pemuda berusia 19 tahun. Pembunuhan itu berkaitan dengan demonstrasi sebelumnya di kawasan Himalaya yang berisi tuntutan merdeka dari India.
Seorang perwira polisi yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Associated Press, pria tersebut tewas di sebelah barat daya Sopore pada Jumat, 23 September 2016, setelah tentara membuka tembakan yang diarahkan ke demonstran yang dituding menyerang konvoi tentara dengan batu.
Namun keterangan polisi tersebut dibantah warga. Beberapa saksi mata dan anggota keluarga korban mengatakan, ketika terjadi penembakan, korban yang bernama Waseem Ahmad itu sedang bekerja di kebun buah bersama pekerja lainnya.
Sepupu Ahmad, Abdul Rasheed Lone, membenarkan bahwa di tempat korban meninggal tidak ada unjuk rasa ketika pasukan bersenjata melesakkan peluru tajam. "Waseem sedang menuju ladang bersama anak-anak sebaya untuk membantu pamannya ketika empat kendaraan militer melintas dan sejumlah tentara menembaknya," kata Lone kepada Aljazeera.
Dia melanjutkan, "Tidak ada unjuk rasa atau lemparan batu. Semuanya tenang. Dia tewas tanpa alasan. Ini pembunuhan berdarah dingin."
Seorang dokter setempat mengatakan kepada koran Greater Kashmir, peluru tajam aparat keamanan itu menghantam punggung Ahmad dan tembus ke jantungnya. "Peluru tajam itu menghancurkan jantungnya, menyebabkan kematian seketika," kata Masood, dokter di rumah sakit Distrik Baramulla di utara Kashmir.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN