TEMPO.CO, New York - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunda semua konvoi bantuan kemanusiaan di Suriah setelah sebuah serangan yang menghancurkan gerbong-gerbong truk bantuan di dekat Aleppo, Senin, 19 September 2016. Serangan itu berasal dari udara sesaat setelah Suriah mengumumkan penghapusan gencatan senjata.
Suriah dengan tegas mengatakan tentaranya tidak terlibat dalam serangan itu. Namun, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, menyindir pemerintah Suriah. "Pelindung yang kuat, memberi makan mesin perang, tapi juga berlumuran darah mereka sendiri di tangannya," kata Ban seperti dilansir dari BBC News, Rabu, 21 September 2016.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mendiskusikan soal penghapusan gencatan senjata itu dengan Menteri Luar Negeri Rusian, Sergei Lavrov. Menurut Kerry, perjanjian gencatan senjata itu tidak terhapuskan seperti yang diputuskan dalam rapat Dewan Keamanan PBB, di New Yok, Selasa, 20 September 2016.
Serangan di Urum al-Kubra Senun, Senin lalu, merusak 18 dari 31 unit lori pembawa bantuan dan menewaskan setidaknya 20 warga sipil. Juru bicara Menteri Pertahanan Rusia, Igor Konashkenkov, mengatakan pihaknya sedang mempelajari dan menyelidiki kejadian itu melalui cuplikan video amatir saat serangan terjadi.
Sedangkan pihak militer Suriah bersikeras mengatakan bahwa tentaranya sama sekali tidak menjadikan konvoi lori itu sebagai target serangan. Kala itu satu unit helikopter menjatuhkan beberapa bom yang kemudian diikuti dengan tembakan roket dan senjata api dalam pertempuran udara.
BBC NEWS | GHOIDA RAHMAH