TEMPO.CO, Paris - Prancis menjadi negara pertama di dunia yang melarang penggunaan plastik untuk semua peralatan makan. Dalam peraturan baru yang merupakan bagian dari Energy Transition for Green Growth Act menyatakan, semua peralatan plastik diwajibkan menggunakan kandungan bahan organik (bioplastik) yang dapat didaur ulang.
Dalam aturan tersebut mengharuskan semua peralatan makan sekali pakai dibuat dari 50 persen bahan organik yang dapat diurai pada tahun 2020. Persentasenya bertambah menjadi 60 persen pada 2025.
Energy Transition for Green Growth Act yang dikeluarkan tahun 2015 juga melarang penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan di Prancis sejak Juli 2016.
Aturan baru tersebut direncanakan untuk diberlakukan tahun 2017. Namun pemberlakuannya ditunda mengingat masih banyak penduduk Prancis berpendapatan rendah yang mengandalkan peralatan makan berbahan plastik, sehingga pemberlakuannya diundur pada 2020.
Ide awal dari aturan tersebut muncul saat Prancis dipercaya menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim musim gugur lalu. Segolene Royal, Menteri Ekologi, Pembangunan Berkelanjutan dan Energi menjelaskan tentang aturan larangan plastik di Prancis.
Aturan melarang penggunaan plastik kemudian ditolak oleh dunia industri , di antaranya asosiasi industri yang mewakili pabrik pengepakan makanan Eropa yang mengatakan aturan itu melanggar peraturan Uni Eropa atas pergerakan barang-barang bebas. Mereka beralasan bahwa aturan tiu akan mematikan beberapa usaha pembuatan peralatan berbahan plastik.
Mereka telah meminta Komisi Uni Eropa untuk memblok hukum Prancis dan berkonsultasi dengan para pengacara soal mengambil langkah hukum melawan Prancis.
Menurut penelitian yang dilakukan, Prancis membuang lebih dari 4,7 miliar cangkir plastik setiap tahun. Hanya 1 persen dari barang-barang tersebut yang dapat didaur ulang.
Plastik adalah ancaman bagi kerusakan lingkungan dengan sifatnya yang sulit untuk terurai, sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup dari beberapa spesies di muka bumi, terutama di laut. Hewan laut sulit membedakannya dengan sumber makanannya, sehingga tak jarang ada yang memakannnya dan menyebabkan kematian.
Selain itu, jutaan barel bahan bakar minyak digunakan untuk memproduksi peralatan berbahan plastik setiap tahunnya, sehingga berkontribusi besar terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
WASHINGTON POST|CNN|YON DEMA
Baca:
Putin Segera Hidupkan Kembali KGB, Ini Peran dan Targetnya
Warkop DKI Reborn Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa