TEMPO.CO, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengeluarkan rekomendasi terkait virus Zika. WHO menyarankan kepada pasangan yang baru kembali dari daerah yang terkena dampak virus bawaan nyamuk untuk melakukan hubungan seks aman setidaknya selama enam bulan.
Himbauan tersebut diperpanjang dari sebelumnya yang hanya delapan minggu menjadi 6 bulan yang dimaksudkan untuk melindungi perempuan hamil sebanyak mungkin.
WHO pada Selasa, 6 September 2016 mengatakan penelitian terbaru menunjukkan Zika dapat ditularkan melalui hubungan seks. Untuk itu mereka menyarankan kepada setiap pasangan yang baru pulang dari tempat yang terkena wabah itu untuk tidak berhubungan intim atau menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah penularan dan kehamilan.
Seperti dilansir NBC News pada Rabu, 7 September 2016, WHO mengutip studi terbaru yang menunjukkan bahkan orang-orang yang tidak memiliki gejala infeksi Zika mungkin dapat menginfeksi virus itu ke orang lain melalui hubungan seksual.
"Berdasarkan bukti baru ini, direkomendasikan waktu untuk praktik seks aman bagi laki-laki dan perempuan tanpa gejala, untuk yang kembali dari daerah yang telah ditransmisi virus Zika aktif, diperpanjang dari delapan minggu sampai enam bulan," kata WHO.
Juru bicara WHO, Nyka Alexander, menjelaskan transmisi melalui hubungan seksual dikonfirmasi telah terjadi setelah dua bulan seorang pria terinfeksi dengan virus Zika. Sehingga bagi semua pasangan kini disarankan untuk menunggu enam bulan dulu demi kemanan.
WHO juga mengatakan semua orang di daerah Zika yang terkena dampak harus memiliki akses konseling dan kontrasepsi. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Zika dapat ditemukan dalam darah dan dapat hidup di sperma pria selama berbulan-bulan.
Zika sekarang telah terbukti menyebabkan cacat lahir parah, terutama kerusakan otak yang luas, ketika wanita hamil terinfeksi. Kebanyakan orang dewasa yang terinfeksi mengalami gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali, tetapi virus ini juga dapat menyebabkan kondisi kelumpuhan langka yang disebut sindrom Guillain-Barre.
NY TIMES | NBC NEWS | YON DEMA