TEMPO.CO, Damaskus - Ribuan barang antik palsu telah membanjiri pasar-pasar gelap di dalam dan di luar Suriah. Para penipu memanfaatkan situasi perang dengan membuat barang antik palsu lalu menjualnya dengan menyebut barang antik ini hasil penjarahan saat perang.
Dr Maamoun Abdulkarim, Direktur Jenderal Museum dan Barang Antik, mengatakan pihaknya sering menangkap penyelundup yang mencoba membawa barang-barang palsu tersebut keluar Suriah untuk dijual di pasar gelap.
"Barang-barang antik palsu bermunculan karena pembeli banyak yang percaya bahwa museum di Suriah telah dijarah di tengah kekacauan perang. Hal ini berlangsung sejak 2015," ucap Abdulkarim, seperti dilansir Independent pada Selasa, 6 September 2016.
Menurut dia, banyak museum dan situs-situs kuno yang mengandung barang-barang antik di Suriah dijarah pada 2014-2014. Namun para penjarah tidak menemukan sebanyak yang mereka inginkan, sehingga mereka beralih dengan membuat barang antik palsu.
Barang-barang yang berhasil disita di antaranya Alkitab yang terbuat dari tembaga karya agama dari periode Tentara Salib, patung batu elang, dan buku palsu tentang sihir hitam yang terbuat dari kulit sapi jantan. Rata-rata barang-barang itu diproduksi di Damaskus dan Aleppo atau di tempat lain di Suriah.
Abdulkarim menuturkan, untuk meyakinkan pembelinya, para penjarah tersebut biasanya merekam proses pengambilan barang-barang itu. Mereka merekam di tempat-tempat yang hancur akibat perang, lalu memanipulasinya dengan mosaik Romawi dan Yunani.
Abdulkarim mengatakan 80 persen barang antik yang diselundupkan keluar Suriah, terutama ke Lebanon, merupakan barang antik palsu.
Dalam sejarahnya, perang telah merugikan banyak sektor, termasuk hancurnya peninggalan bersejarah. Itu juga terjadi di Suriah. Penyelundup mengambil keuntungan dari Suriah yang merupakan tempat lahirnya peradaban sehingga terdapat barang-barang bernilai tinggi yang masih tersisa dari masa lampau.
Perang saudara Suriah yang berlangsung hampir lima tahun telah menghancurkan berbagai peninggalan bersejarah yang penting. Kota-kota bersejarah, seperti Aleppo dan Homs, telah dihancurkan dan dibom. Di Palmyra, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) meledakkan Temple of Bel serta merusak atau menghancurkan bangunan kuno dan patung-patung.
INDEPENDENT | YON DEMA