TEMPO.CO, Wellington - Perdana Menteri Selandia Baru John Key akan mendatangkan lebih banyak pekerja asing sekalipun dengan tingkat keterampilan yang rendah. Pemicunya, Key kesal terhadap pekerja lokal yang dianggap pemalas, pengguna narkoba, dan buruknya etika kerja.
Key menjelaskan alasan tingginya angka pekerja asing atau migran. Hingga Juli 2016, sebanyak 69 ribu pekerja asing bekerja di Selandia Baru. Sedangkan 200 ribu warga Kiwi—sebutan untuk warga Selandia Baru—menganggur.
Gara-gara pekerja lokal yang malas dan terlibat obat-obatan, Key bahkan berencana mendatangkan pekerja asing yang tidak punya keterampilan, seperti pemetik buah-buahan.
"Kami membawa orang-orang untuk memetik buah dengan mematuhi skema RSE (Recognized Seasonal Employer) dan mereka datang dari pulau (beberapa negara di Pasifik) serta pekerjaan mereka sangat bagus," kata Key, seperti dikutip dari Radio New Zealand, Senin, 5 september 2016.
Mengutip dari Guardian, setiap tahun Selandia Baru membawa masuk lebih dari 9.000 pekerja dari negara-negara di kepulauan Pasifik untuk bekerja dengan sistem kontrak jangka pendek di industri hortikultura dan anggur.
Pernyataan Key ini dibenarkan Direktur Hortikultura Selandia Baru, yang juga pemilik kebun apel di Teluk Hawke, Leon Stallard.
"Saya setuju 100 persen dengan komentar Key. Anda tidak punya kesempatan kedua ketika panen buah. Kebutuhan yang utama adalah memetiknya. Jadi, jika pekerja tidak muncul, itu berdampak luas terhadap bisnis," tuturnya.
Namun, menurut Presiden Serikat Pekerja Dewan Perdagangan Richard Wagstaff, pendapat Key soal pekerja lokal tidak adil. Pemerintah, ujar dia, perlu melihat kondisi dan sektor hortikultura.
"Menjelek-jelekkan pekerja Selandia Baru serta tidak memberikan pekerjaan ini dan malah menciptakan alasan untuk pekerjaan ini merupakan cara yang keliru. Saya pikir itu semacam kekerdilan politik," ucapnya.
RADIO NEW ZEALAND | GUARDIAN | MARIA RITA