TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Vietnam untuk Indonesia, Dr. Hoang Anh Tuan menilai potensi hubungan kedua negara belum dimanfaatkan sepenuhnya. Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 5,4 miliar dan kedua pemerintah telah menargetkan US$ 10 miliar pada 2018. Dia juga menilai Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN dapat menjadi pemersatu agar asosiasi di kawasan itu memiliki satu suara dalam berbagai isu, juga soal Laut Cina Selatan.
Berikut wawancaranya dengan dua media, salah satunya Tempo menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Vietnam di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat, 2 September 2016 lalu.
Bagaimana sejarah Hari Kemerdekaan Vietnam?
Kami mendapat kemerdekaan dari Jepang. Sebelum Perang Dunia Kedua, Vietnam dijajah Prancis. Saat Perang Dunia Kedua, Jepang mengalahkan Prancis dan menguasai Indocina. Jepang menjajah beberapa negara di Asia Tenggara, Malaysia, Singapura, Vietnam. Saat Perang Dunia Kedua berakhir, Jepang kalah. Partai Komunis Vietnam mengangkat senjata melawan Jepang dan meraih kemerdekaan. Presiden pertama kami memproklamirkan kemerdekaan pada 2 September 1945.
Jadi, setelah Indonesia, Vietnam adalah negara kedua yang merdeka di Asia Tenggara. Kita memiliki sejarah yang mirip.
Bagaimana rakyat Vietnam merayakan Hari Kemerdekaan?
Di tingkat nasional ada festival.
Apakah ada upacara kenaikan bendera?
Kita tidak ada kenaikan bendera, tapi pertemuan-pertemuan. Orang-orang yang lebih tua bercerita tentang kisah perjuangan dan peran para pejuang kemerdekaan. Di keluarga ada pertemuan. Ada juga keluarga merayakannya dengan liburan.
Apa saja kemiripan Indonesia dengan Vietnam?
Saat saya berkunjung ke Makassar dan Surabaya, saya menemukan beberapa kesamaan. Rumah di Makassar mirip dengan rumah di Vietnam,. Bentuk atapnya. Makassar juga punya nenek moyang dari Indocina, yaitu Vietnam tengah.
Waktu ke Surabaya, saya menjumpai kesamaan dengan Vietnam saat berkunjung ke museum provinsi. Saya lihat drum tembaga, yang mirip dengan di Vietnam. Saya juga mendengar di beberapa provinsi terdapat festival tradisional yang serupa dengan di Vietnam, seperti di Padang, tapi saya belum berkesempatan ke sana.
Bagaimana Anda melihat perkembangan hubungan ekonomi kedua negara?
Potensi hubungan ekonomi Indonesia dan Vietnam sangat besar tapi belum tergali dengan baik. Saat ini nilai perdagangan US$ 5,4 miliar. Kita menargetkan US$ 10 miliar pada 2018. itu target yang tinggi. Kita belum memanfaatkan potensi hubungan politik yang baik.
Komoditasnya apa saja?
Produk-produk petroleum, bahan-bahan kimia, konstruksi dan elektronik. Dari Indonesia, batu bara, material konstruksi.
Sejauh mana Komunitas Ekonomi ASEAN mempengaruhi ekonomi Vietnam?
Vietnam sudah menandatangani 12 kesepakatan perdagangan bebas dengan berbagai negara, antara lain Jepang, Australia, Selandia Baru, Cile dan banyak lagi negara . Tapi ASEAN tetap menjadi pasar terbesar buat Vietnam. Kita memperbesar perdagangan dengan negara-negara lain, Amerika, Jepang, Eropa, tapi ASEAN masih yang terbesar buat kita. Jadi sangat penting bagi Vietnam.
Komunitas Ekonomi ASEAN belum setahun, kita masih harus meningkatkan kerja sama dan membangun komunitas. Level kepercayaan masih tinggi di ASEAN, untuk membangun lebih jauh lagi.
Bagaimana soal ketegangan Vietnam dan Cina di Laut Cina Selatan?
Soal Laut Cina Selatan bukan semata sengketa antara Vietnam dan Cina tapi dengan semua claimants, ketegangan tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan concern.
Apa sikap Vietnam dengan keputusan Pengadilan Arbitrase soal Laut Cina Selatan di Den Haag?
Vietnam mendukung keputusan PCA, keputusan itu berdasarkan hukum internasional. Tidak peduli negara itu besar atau kecil tapi harus menyelesaikan sengketa lewat hukum internasional. Semua claimants, harus mendukung hukum internasional, untuk melindungi kepentingan kita.
Setelah keputusan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam menyatakan mendukung PCA dan berharap semua pihak menghormati keputusan PCA.
Bagaimana Vietnam melihat ASEAN dalam menangggapi keputusan PCA?
ASEAN harus lebih bersatu. Masalahnya, ASEAN berdasarkan konsensus, karenanya harus bekerja sama erat, Laut Cina Selatan menjadi masalah keamanan di ASEAN, bukan saja masalah bilateral. Ini isu kawasan, jadi ASEAN harus muncul dengan satu suara.
Bagaimana Vietnam menanggapi pernyataan bersama ASEAN yang tidak menyebut secara langsung keputusan soal Laut Cina Selatan?
Vietnam cukup puas dengan pernyataan bersama ASEAN. Soal penyebutan PCA, tidak saja Vietnam, tapi banyak negara ingin agar ASEAN lebih spesifik menyebut keputusan PCA.
Bagaimana Anda menilai Indonesia soal Laut Cina Selatan?
Indonesia penting. Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN. Indonesia juga terpengaruh oleh situasi di Laut Cina Selatan. Indonesia harus membuat ASEAN lebih bersatu dan bekerja sama sehingga ASEAN bisa menyuarakan satu suara. Laut Cina Selatan tidak saja berdampak di satu negara, tapi kawasan. Kita adalah keluarga ASEAN. Satu terluka, yang lainnya juga.
Biografi
Duta Besar Hoang Anh Tuan lahir pada 20 Juli 1965 di Ha Noi. Bergabung di Kementerian Luar Negeri Vietnam pada 1991, menikah dengan Le Thi Tuyet Mai, Duta Besar Vietnam untuk Norwegia dan memiliki dua putra.
Maret 2007 - September 2010: Minister Counselor at the Embassy of Vietnam, Washington DC.
November 2010 - Maret 2011: Deputy Director-General of the Institute for Foreign Policy and Strategic Studies, the Diplomatic Academy of Vietnam.
Maret 2011 - Agustus 2015: Director-General of the Institute for Foreign Policy and Strategic Studies, the Diplomatic Academy of Vietnam.
September 2015 – sekarang : Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Vietnam untuk Indonesia, merangkap Papua Nugini dan Timor Leste
Oktober 2015: Dianugerahi Associate Professorship oleh Pemerintahf Vietnam. Sebagai Dr. Hoang Anh Tuan mempublikasikan puluhan artikel dan beberapa buku soal kebijakan luar negeri Vietnam, politik dan keamanan di Asia Tenggara, Amerika Serikat dan kebijakan Cina di Timur dan Asia Tenggara.