TEMPO.CO, Jakarta - Bunda Teresa secara resmi akan diakui sebagai santa atau orang suci oleh Gereja Katolik. Paus Fransiskus akan mengkanonisasi pada Minggu, 4 September 2016 waktu Vatikan.
Namun, bagi pengikut Bunda Teresa, gelar itu hanyalah formalitas belaka. Seperti dilaporkan CNN, mereka berkeyakinan kualitas kesucian ditampilkan melalui dedikasi untuk melayani orang miskin.
Bunda Teresa lahir di Makedonia pada 1910 dan wafat di Kalkuta, India pada 5 September 1997. Dia datang ke India tahun 1950 dan mendirikan Misionaris Cinta Kasih. Selama lebih dari 47 tahun, dia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat.
Bunda Teresa juga mengembangkan Misionaris Cinta Kasih di negara lain. Pada tahun 1979, dia memperoleh Nobel Perdamaian. Setelah wafat, dia mendapat gelar beata oleh Paus Yohanes Paulus II.
Terkait pemberian gelar santa, Hemley Gonzalez bersuara soal peninggalan Bunda Teresa di lembaga Misionaris Cinta Kasih.
Dia tidak pernah bertemu Bunda Teresa secara pribadi. Namun dia menyatakan hal mengerikan yang terjadi di Misionaris Cinta Kasih.
Ceritanya, setelah krisis keuangan pada 2008, Gonzalez beristirahat dari bisnis real estate di Miami, Amerika Serikat dan pergi ke India. Selama dua bulan dia menjadi relawan di Nirmal Hriday, sebuah rumah singgah milik Misionaris Cinta Kasih di Kalkuta.
Gonzalez terkejut dengan buruknya kebersihan dan perawatan medis. Dia menilai organisasi ini tidak memiliki pengalaman medis. Dia mengaku melihat biarawati rutin menggunakan kembali jarum setelah mencucinya dengan air keran. Tak hanya itu, pakaian kotor dengan air kencing dan kotoran, serta peralatan memasak berada di ruangan yang sama.
Pasien yang menderita penyakit pernapasan harus mandi di air dingin karena pemanas air tidak cukup. Dia menilai tak ada satu pun dokter atau perawat terlatih secara medis di rumah sakit tersebut. "Ini adalah adegan dari kamp konsentrasi Perang Dunia II," kata Gonzalez.
Gonzalez pernah menawarkan cara untuk menginstal pemanas air. Namun, para biarawati selalu merespons dengan cara yang sama. "Kami tidak melakukannya di sini. Mereka mengatakan, ini adalah cara Yesus menginginkannya," kata Gonzalez.
Tuduhan Gonzales dibantah Chhanda Chakraborti, yang selama 25 tahun menjadi anggota kelompok relawan Misionaris Cinta Kasih.
Dia berada di Nirmal Hriday selama beberapa tahun sebelum Gonzalez datang. "Semua klaim ini adalah sampah. Kritikus ini benar-benar berbohong," katanya. "Anda pergi ke Kalighat, orang-orang datang dalam kondisi sekarat. Sebagian besar dari mereka mendapatkan kembali kehidupan mereka.”
Menurut juru bicara Misionaris Cinta Kasih, Sunita Kumar, organisasinya menawarkan perawatan dasar untuk yang termiskin dari yang miskin. "Dia (Bunda Teresa) tidak ingin memulainya dengan sebuah rumah sakit bintang lima atau sejenisnya," katanya.
Gonzales mengatakan itu bukan alasan yang dapat diterima. Sebabnya, sejak Misionaris Cinta Kasih menerima sumbangan jutaan dolar dari seluruh dunia, kelompok tersebut harus menggunakannya untuk membangun rumah sakit, sekolah dan memperbarui fasilitas kesehatan.
CNN melaporkan tidak tidak ada transparansi dalam penggunaan dana dan sangat sedikit informasi yang tersedia di Misionaris Cinta Kasih. Permintaan CNN untuk mewawancarai pimpinan organisasi pun ditolak.
"Dana tersebut datang," kata Suster Joan of Arc, Kepala Tempat Penampungan Anak-Anak di Kalkuta. "Kami bisa memberi makan setiap mulut yang lapar setiap hari. Ini keajaiban cinta." Pertanyaan tentang dana direspons dengan jawaban yang sama.
Belakangan, para pengkritik mengatakan perlu ada akuntabilitas dari Misionaris Cinta Kasih, seperti yang dilakukan Palang Merah, Oxfam atau lembaga swadaya masyarakat lainnya. "Mengapa organisasi ini tidak diadakan dengan standar yang sama?" kata Gonzalez mempertanyakan. "Mereka mendapatkan free pass karena agama, mereka mendapatkan free pass karena pengaruh dari Vatikan."
Pandangan Bunda Teresa tentang aborsi, kontrasepsi dan perceraian mungkin disambut oleh Vatikan. Namun, Vatikan dikritik kalangan progresif dan gerakan feminis. Bunda Teresa mengangkat alis saat dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1979. Saat itu dia mengatakan, "perusak terbesar perdamaian adalah aborsi."
Kontroversi lain menyangkut tuduhan bahwa Bunda Teresa mencoba mengkristenkan warga Kalkuta.
Misionaris Cinta Kasih tegas menolak tuduhan itu. "Dia melayani semua orang dalam semangat yang sama, apakah mereka Muslim atau Hindu atau Sikh," kata Kumar, yang beragama Hindu dan Sikh.
"Keetika saya pergi berdoa dengan dia, dia akan mengatakan 'Sunita, datang ke kapel dan duduklah dengan cara Anda untuk berdoa dan saya akan duduk dengan cara saya lakukan dan kita akan mengatakan doa-doa kita,'" katanya.
CNN | ARKHELAUS W