TEMPO.CO, Manila - Kelompok militan bersenjata Filipina, Abu Sayyaf, membantah berada di belakang ledakan yang terjadi di pasar malam Roxas Ave, Davao City, pada Jumat malam, 2 September 2016, pukul 10.30.
Muammar Askali alias Abu Rami, juru bicara kelompok dari faksi Al Harakatul Al Islamiyah (nama resmi Abu Sayyaf), membantah tuduhan pemerintah. Abu Rami menuding Daulat Ul Islamiyah sebagai pelaku peledakan yang menewaskan 14 orang dan melukai 67 orang tersebut.
"Mereka melakukan ini sebagai aksi simpati terhadap kelompok kami dan kami akan mengirim pesan ke Presiden Rodrigo Duterte bahwa semua Daulat di seluruh negeri tidak takut kepadanya," kata Askali, seperti yang dilansir Inquirer pada 3 September 2016.
Dia mengatakan serangan bom itu hanya permulaan dan akan terus ada serangan-serangan serupa menyusul militer Filipina yang terus menekan kelompoknya di Sulu.
Sekitar 9.000 tentara telah ditempatkan di Sulu untuk mengejar kelompok yang telah mengucapkan janji setia kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sejak 26 Agustus, 15 tentara dan 30 milisi telah tewas.
Juru bicara Kepolisian Daerah Mindanao Selatan, Andrea dela Cerna, mengatakan pihaknya telah berhasil mengeluarkan dan mengumpulkan serpihan besi yang diduga berasal dari peledak yang ada di tubuh korban tewas dan terluka. Serpihan tersebut akan diteliti untuk menentukan jenis peledak yang digunakan pelaku.
Selain itu, mereka telah mendapatkan rekaman CCTV dari beberapa sudut Roxas Ave yang akan diteliti oleh Special Investigation Task Group.
INQUIRER | YON DEMA