TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Filipina menuding kelompok bersenjata Abu Sayyaf atas insiden ledakan, Jumat, 2 September 2016, yang menewaskan sedikitnya 13 orang di kota tempat kelahiran Presiden Rodrigo Duterte.
Dalam keterangannya kepada wartawan di Kota Davao, Sabtu, 3 September 2016, Duterte mengatakan kemungkinan dia akan mengundang personel berseragam untuk ditugaskan mencari para pelaku ledakan sesuai dengan kewenangannya.
"Kekerasan mengerikan ini bukan pertama kali terjadi di Davao," ujarnya. Duterte menambahkan, "Peristiwa tersebut sebelumnya selalu terkait dengan Abu Sayyaf. Mereka memberikan peringatan dan kami mengetahuinya."
"Kami siap menghadapi semua itu," jawab Duterte ketika ditanya wartawan jika serangan itu berlanjut akibat kegagalan intelijen mengendus.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Mike Suena mengatakan kepada radio lokal DZRH bahwa pihaknya telah menerima informasi mengenai serangan yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
"Dua atau tiga hari lalu kami telah menerima informasi intelijen mengenai serangan ini," kata Suena. Adapun stasiun radio lain juga melaporkan juru bicara Abu Sayyaf, Abu Ramli, telah membenarkan mengenai serangan tersebut.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN