TEMPO.CO, Wellington - Pihak berwenang di Selandia Baru menyelidiki kasus hilangnya 500 ekor sapi dari sebuah peternakan. Ratusan sapi perah tersebut diyakini telah dicuri.Peristiwa ini sebagai pencurian sapi terbesar dalam sejarah negara itu.
Penduduk di kota Ashburton, pulau di selatan Selandia Baru mengatakan mereka belum pernah mendengar pencurian sapi dalam skala besar di negara tempat 10 juta sapi tinggal
Peternakan di Ashburton, Canterbury tersebut dikelola oleh Mark dan Pennie Saunders. Mereka telah melaporkan ke polisi perihal kehilangan tersebut sejak beberapa hari lalu, namun baru pada Senin, 29 Agustus 2016 diumumkan ke publik melalui akunl Facebook resmi milik Pennie.
"Baru-baru ini kami kehilangan sekitar 500 sapi yang dicuri dari peternakan sapi perah kami di daerah Ashburton," katanya lewat Facebook. "Jika ada orang yang melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan kami akan senang mendengar dari Anda. Anda juga bisa menghubungi Kepolisian Ashburton."
Keluarga Saunders tidak menyadari ada sapi yang hilang ketika melakukan penghitungan pada pekan lalu. Terakhir kali dia menghitung pada Juli, sapinya berjumlah 1.300 ekor, namun tiba-tiba berkurang drastis dalam sekejap.
Jumlah kerugian yang diderita pemilik akibat pencurian tersebut diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Polisi telah melakukan penyelidikan dengan mendatangi tempat kejadian dan menanyakan semua orang yang tinggal di daerah dekat peternakan keluarga Saunders. Polisi meyakini bahwa pencuri melakukannya dalam beberapa kesempatan.
Presiden federasi petani Canterbury, Willy Leferink mengatakan bahwa pencurian tersebut sangat tidak masuk akal dan aneh.
Dia mengatakan butuh sekitar 13 truk dan pengangkut beban guna membawa sapi sebanyak itu dari peternakan serta mustahil untuk tidak menarik perhatian warga Ashburton ketika melawati jalanan.
Leferink juga menambahkan bahwa wilayah Ashburton telah menjadi sasaran pencurian, namun polisi terlihat seperti tidak serius dalam menanganinya. Pada Desember 2015, 100 sapi juga dilaporkan hilang dari peternakan Canterbury namun kasus itu belum terselesaikan.
GUARDIAN|NZ HERRALD|RADIO NZ|YON DEMA