TEMPO.CO, Paris - Sebuah restoran mewah di Prancis dikecam setelah menolak melayanani pelanggan Islam dengan alasan semua penganut agama itu sebagai teroris.
Melalui rekaman video yang tersebar luas di Prancis, dua orang wanita Islam dilihat tidak menerima pelayanan dari restoran Le Cenacle yang dekat Tremblay en France, Paris.
Diketahui, seorang pria yang merupakan koki di restoran mewah di Prancis itu enggan memberi layanan dan mengklaim bahwa semua umat Islam adalah teroris dan dia berhak untuk memberi pendapat mengingat Prancis adalah negara sekuler.
"Para teroris adalah Muslim dan semua Muslim adalah teroris ... Mereka baru-baru ini menewaskan seorang pastor. Ini adalah negara sekuler dan saya memiliki hak untuk berpendapat ... Saya tidak ingin orang-orang seperti Anda di sini. Titik," kata pria tersebut.
Kedua wanita berjilbab tersebut tampak terkejut dengan tudingan sang koki dan menjelaskan bahwa mereka tidak ingin dilayani dari seorang yang rasis.
Pria itu kemudian mengarahkan dua wanita tersebut untuk meninggalkan restoran tersebut. Keduanya kemudian meninggalkan restoran setelah menerima perlakuan buruk.
Rekaman kejadian di restoran itu dibagi secara luas di media sosial, sehingga memicu berbagai reaksi kekhawatiran yang meningkatkan Islamophobia di negara ini. Bahkan mengundang reaksi pemerintah yang memerintahkan penyidikan lebih lanjut terhadap pria tersebut.
Menteri Keluarga, anak-anak dan hak-hak wanita Prancis, Laurence Rossignol mengatakan dalam pesan di Twitter bahwa dirinya telah memerintahkan penyelidikan dan mendesak pengusaha restoran tersebut menghentikan sikapnya yang tidak bisa diterima itu.
Seperti yang dilansir Independent pada 28 Agustus 2016, koki itu telah diselidiki oleh polisi menyusul tindakan diskriminasi terkait isu suku agama dan ras yang ditunjukkan olehnya terhadap dua wanita itu.
Koki itu lantas meminta maaf setelah insiden itu menjadi viral. Ia menjelaskan seorang temannya tewas dalam serangan di gedung konser Bataclan pada November 2015 sehingga membuatnya lepas kontrol.
"Saya minta maaf karena sudah berlebihan.Sahabat saya meninggal dalam serangan di Bataclan dan saya benar-benar tidak percaya dengan apa yang saya katakan kepada mereka. Pernyataan saya tidak mencerminkan apa yang saya pikir," kata chef tersebut kepada media lokal.
Masyarakat Islam lokal di Prancis juga berkumpul di luar restoran tersebut pada akhir pekan lalu untuk menuntut permohonan maaf atas insiden itu.
Selain itu, Komite Menentang Islamophobia di Prancis (CCIF) turut mengeluarkan pernyataan untuk mendukung kedua wanita tersebut dan menjanjikan dukungan hukum kepada mereka.
Ketegangan di Prancis meningkat sejak beberapa minggu ini setelah larangan memakai burkini dikenakan pada umat Islam. Beberapa kota di Perancis telah melarang pemakaian burkini di daerah pantai.
INDEPENDENT|YON DEMA