TEMPO.CO, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terlibat dalam pengeboman di sebuah acara pernikahan di Gaziantep. Peristiwa itu mengakibatkan 51 orang tewas dan 69 lainnya terluka.
Seperti dilansir ABC Online pada Senin, 22 Agustus 2016, Erdogan mengklaim seorang remaja berusia 12 tahun telah dicuci otaknya oleh ISIS untuk meledakkan diri di tengah kerumunan sebuah pesta pernikahan, yang banyak dihadiri warga Kurdi.
"Serangan yang terjadi pada Sabtu, 20 Agustus 2016, di Gaziantep, dekat dengan perbatasan Suriah, adalah hasil bom bunuh diri anak berusia 12-14 tahun," kata Erdogan.
Dalam kesempatan itu, Erdogan menambahkan, semua kelompok penentangnya di Turki adalah teroris, termasuk gerakan Kurdi, ISIS, atau gerakan ulama, Fethullah Gulen, yang berbasis di Amerika Serikat.
Serangan yang terjadi pada 20 Agustus 2016 merupakan yang terbaru, yang mengguncang anggota kunci NATO dalam satu tahun terakhir.
Turki mengalami serangkaian serangan sejak beberapa bulan, serta upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli, yang dituduhkan kepada Gulen. Namun Gulen membantah dia terlibat dalam semua serangan yang terjadi di negara asalnya itu.
ABC.AU | YON DEMA