TEMPO.CO, Tel Aviv - Seorang pria Yahudi asal Israel bermurah hati untuk membantu seorang gadis cilik asal Palestina yang dianggap sebagai musuh oleh negaranya.
Cerita berawal pada awal bulan ini ketika dua penjaga keamanan Israel di wilayah perbatasan terekam kamera membuang sepeda milik gadis cilik asal Palestina. Peristiwa itu kemudian menarik perhatian dunia.
Sami Jolles, pria Yahudi, juga tersentuh oleh penderitaan yang dialami Anwar Burqan, anak Palestina berusia 8 tahun. Jolles, seorang pengusaha berlian yang membagi waktunya antara Amerika Serikat dan Israel, kemudian membeli sepeda berwarna pink untuk diberikan kepada gadis cilik itu.
Sebagai memori, Jolles sempat berfoto dengan sepeda pink di pusat belanja sebelum memberikannya kepada Burqan.
Penderitaan gadis itu mengingatkan Jolles pada masa mudanya. Saat kembali dari Eropa pada 1920-an, Jolles muda diserang sekelompok orang anti-Semit yang melemparkan sepedanya di sungai.
"Saya berpikir bahwa ayah saya akan bangga padaku," kata Jolles, seperti yang dilansir Times of Israel, mengutip laporan yang disampaikan Lonny Baskin, seorang aktivis perdamaian.
Pada 25 Juli lalu, dua polisi perbatasan di Kota Hebron, Tepi Barat, tertangkap kamera merampas sepeda milik Burqan dan memasukkannya ke semak-semak. Sepeda itu rusak berat dan tidak bisa digunakan lagi.
Video brutal dua penjaga perbatasan itu kemudian dirilis pada 1 Agustus oleh kelompok hak asasi manusia sayap kiri, B'Tselem, sehingga mendapat perhatian masyarakat internasional.
Burqan berasal dari keluarga miskin yang berjuang mempertahankan hidup seadanya setelah salah satu kaki ayahnya, Anwar, diamputasi akibat tertindih truk seberat 6 ton di tempat kerjanya. Keluarga Palestina ini bertahan hidup dengan mengandalkan sumbangan amal dari para dermawan.
Para prajurit yang terlibat dalam insiden itu kemudian mengklaim bahwa mereka mengambil sepeda untuk melindungi gadis tersebut, yang hendak masuk ke wilayah yang sangat dilarang bagi warga Palestina. Meskipun aksi mereka dikecam dan dianggap tidak pantas oleh Kepolisian Israel, mereka tidak dikenai tuntutan hukum karena dianggap bukan merupakan tindakan kriminal.
Hebron dihuni sekitar 200 ribu warga Palestina dan kurang dari 1.000 warga Israel. Kota ini hidup di bawah perlindungan militer Israel yang ketat. Ketegangan sering terjadi di wilayah itu, yang menyebabkan bentrokan, sehingga pihak keamanan Israel memberlakukan jam malam.
MIDDLE EAST EYE | TIMES OF ISRAEL | YON DEMA