TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Turki menyerbu 44 perusahaan di Istanbul pada Selasa, 16 Agustus 2016, dan menahan 120 pimpinan perusahaan sebagai bagian dari investigasi keterlibatan mereka dalam kudeta 15 Juli 2016 lalu. Kabar tersebut disampaikan kantor berita pemerintah, Anadolu.
Sejumlah perusahaan yang diserbu itu dituding telah memberikan sokongan keuangan terhadap ulama Fethullah Gulen yang kini berada di pengasingan Amerika Serikat. Presiden Recep Tayyip Erdogan berkali-kali menuduh Gulen berada di balik kudeta gagal, namun dia menolak tuduhan tersebut.
Dalam penyerbuannya, polisi mulai dari Uskudar dan Umraniye, dua distrik di Istanbul, "Termasuk beberapa gedung milik perusahan yang tak disebutkan namanya," tulis Anadolu.
Sejak kudeta 15 Juli 2016, lebih dari 35 ribu orang telah ditahan, termasuk 17 ribu orang ditahan secara resmi. Sedangkan ribuan sisanya dibebaskan sambil menunggu proses peradilan.
Erdogan menuduh Gulen memanfaatkan jaringan luas sekolah, lembaga amal, dan bisnis yang dibangun di dalam maupun luar negeri. Menurut Erdogan, seluruh intitusi itu dibangun untuk mengambil alih negara.
Oleh karena itu, dia bersumpah memotong aliran keuntungan bisnis yang memiliki kaitan dengan Gulen seraya menuding lembaga tersebut sedang mempersiapkan gerakan terorisme. "Kami akan libas hingga ke akar-akarnya," kata Erdogan seperti ditulis Al Arabiya, 16 Agustus 2016.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDDIN