TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 64 orang tewas dalam serangan pemberontak di Republik Demokratik Kongo (DRC) timur laut. Wali Kota Beni di North Kivu, Nyonyi Bwanakawa, mengatakan serangan itu terjadi pada Sabtu malam, 13 Agustus 2016, waktu setempat di Distrik Rwangoma.
Pasukan DRC menemukan 64 mayat korban serangan tersebut. "Namun jumlah tersebut bisa meningkat karena pencarian masih berlangsung," ucap Bwanakawa, seperti dilansir Al Jazeera, Ahad, 14 Agustus 2016.
Kepada kantor berita AFP, juru bicara militer DRC, Mak Hazukay, menegaskan penemuan mayat tersebut. Hazukay menuturkan pemberontak telah melewati posisi tentara untuk melakukan pembantaian penduduk sebagai balas dendam atas operasi militer di daerah.
Penduduk setempat, kepada Al Jazeera, menyatakan telah melihat pemberontak ADF keluar hutan pada Sabtu lalu. Penduduk diterpa kebingungan karena beberapa pemberontak turun dengan mengenakan seragam tentara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa bergabung dalam misi melacak serangan pemberontak Kongo yang terjadi hampir seminggu setelah tewasnya 14 orang dalam serangan lain di dekat Beni. Pasukan Allied Democratic Forces, pemberontak Uganda, diduga melakukan serangan itu. Namun tidak ada konfirmasi atas hal ini.
Pada 4 Agustus 2016, Presiden Kongo Joseph Kabila dan Presiden Uganda Yoweri Museveni menggelar pertemuan di Uganda untuk berkoordinasi menyusun strategi militer terhadap pemberontak ADF. Beni menjadi daerah pembantaian sejak Oktober 2014 yang telah menewaskan 600 warga sipil.
Pemberontak ADF, yang menentang Museveni, telah hadir di Kongo selama lebih dari 20 tahun. Kelompok ini dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia serta diduga terlibat dalam jaringan kriminal, penculikan, penyelundupan, dan penebangan liar.
AL JAZEERA | ARKHELAUS W.