TEMPO.CO, Bangkok - Serangan bom yang mengincar wisatawan kembali terjadi di Thailand. Bom itu mengguncang beberapa wilayah yang terkenal akan pariwisatanya.
Berikut ini tiga hal yang perlu diketahui mengenai pengeboman di lokasi wisata di Thailand.
1. Lokasi dan jumlah korban
Dua ledakan beruntun mengguncang kota wisata Hua Hin yang berjarak 200 kilometer dari Bangkok. Ledakan pertama terjadi pada Kamis, 11 Agustus 2016, sekitar pukul 22.00 waktu setempat, sementara ledakan kedua terjadi sekitar 20 menit kemudian.
Ledakan kedua berjarak sekitar 50 meter dari ledakan pertama yang menewaskan satu orang dan melukai puluhan lain.
Sebelumnya, Kamis pagi, 11 Agustus 2016, sebuah bom meledak di Provinsi Trang, menewaskan satu orang dan melukai enam lain. Pagi ini, 12 Agustus 2016, dua ledakan lain mengguncang Pantai Patong di Phuket dan dekat kantor polisi Surat Thani.
Pihak berwenang Thailand mengatakan serangkaian bom itu telah menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai puluhan lain, termasuk wisatawan asing.
2. Hal signifikan dari lokasi ledakan
Thailand sering dilanda serangan bom, tapi terbatas pada daerah selatan yang bergolak, lokasi pemberontakan dari beberapa etnis muslim tinggal. Namun ledakan terbaru telah menyasar daerah populer bagi wisatawan asing.
Bom yang meledak di Hua Hin, sebuah kota resor populer di Thailand selatan, disembunyikan di pot tanaman yang terletak di jalanan yang ramai. Setidaknya tujuh dari jumlah korban cedera adalah orang asing. Mereka cedera oleh bom yang dikendalikan dari jarak jauh menggunakan telepon seluler.
Phuket juga merupakan tujuan wisata yang sangat populer. Adapun Surat Thani bukanlah daerah tujuan wisata, melainkan tempat transit yang ramai bagi wisatawan untuk menuju pulau-pulau resor populer, seperti Koh Samui dan Koh Pha Ngan.
3. Pelaku pengeboman
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut. Namun pengeboman terjadi bertepatan dengan ulang tahun Ratu Thailand Sirikit pada 12 Agustus (hari libur yang juga menandai Hari Ibu di Thailand). Bom itu juga terjadi berdekatan dengan peringatan pertama serangan bom di kuil Erawan, Bangkok, pada 17 Agustus 2015, menewaskan 17 orang dan melukai lebih dari seratus lain.
Situasi politik dalam negeri yang tidak stabil sejak junta merebut kekuasaan dalam kudeta pada 2014 juga bisa dikaitkan dengan bom tersebut. Hasil referendum konstitusi militer baru-baru ini pun menambah kecurigaan terkait dengan serangan tersebut. Beberapa media mengatakan serangan tersebut mungkin dilakukan dengan perancangan sedemikian rupa untuk mempermalukan pemerintah junta militer.
Provinsi selatan Trang adalah lokasi separatis muslim melancarkan pemberontakan selama beberapa generasi dan telah menelan ribuan korban jiwa.
TIME | TELEGRAPH | BANGKOK POST | YON DEMA