TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyesali pernyataan kasarnya kepada Ketua Mahkamah Agung Maria Lourdes Sereno yang disampaikan pada awal pekan ini. Duterte memohon maaf kepada Sereno seraya menyatakan tidak berniat bersikap kasar kepadanya.
Duterte beralasan, ia sebagai presiden menghadapi masalah yang sangat besar dalam hal memerangi perdagangan narkotik yang melibatkan sejumlah pejabat pemerintah, termasuk beberapa hakim.
"Saya memohon maaf kepada Ketua Mahkamah Agung atas kata-kata kasar saya. Saya tidak pernah bermaksud begitu. Ini karena masalah yang sangat besar skalanya," kata Duterte, seperti dilansir Gmanetwork.com, 11 Agustus 2016.
Sebelumnya, Duterte mengancam Sereno agar memberlakukan darurat perang jika wanita itu mempertanyakan kebijakannya memerangi perdagangan narkotik.
Ancaman Duterte merespons surat Sereno yang mempertanyakan tentang tujuh hakim yang masuk daftar nama-nama pejabat yang terlibat kejahatan narkotik dan diumumkan secara terbuka kepada publik Filipina.
Dalam suratnya, Sereno menuturkan telah menganjurkan para hakim menolak bertanggung jawab jika tidak ada perintah penangkapan resmi atas diri mereka. Menurut Sereno, pengadilan tinggi yang berwenang memeriksa dan menjatuhkan sanksi kepada hakim-hakim yang melakukan pelanggaran hukum.
Sehubungan dengan pernyataan maafnya, Duterte menjelaskan, begitulah cara dia menyelesaikan masalah sebagai presiden yang diberi kewenangan. Dia pun menyatakan tidak akan mengarah kepada perintah penangkapan mereka yang masuk dalam daftar. Tugasnya adalah menginformasikan kepada publik tentang bahaya yang sedang dihadapi dengan penyebaran narkotik di Filipina saat ini.
GMANETWORK.COM | MARIA RITA