TEMPO.CO, Brussels - Pemerintah Belgia mengambil tindakan berjaga-jaga setelah Bandara Internasional Brussels menerima ancaman bom pada Rabu, 10 Agustus 2016.
Juru bicara Kejaksaan Federal Belgia, Eric Van Der Sypt, membenarkan bahwa pihaknya menerima informasi tentang ancaman bom dan melakukan penyelidikan, tapi menolak memberi rincian lebih lanjut.
"Awalnya, ancaman itu dianggap serius," kata Van Der Sypt, yang khusus menangani kasus terorisme, seperti dilansir La Libre, surat kabar Belgia.
Namun, setelah beberapa pesawat mendarat, juru bicara Kementerian Dalam Negeri yang tidak disebut namanya menyatakan, "Sebenarnya tidak ada ancaman konkret."
Juru bicara Bandara Brussels juga menuturkan ada ancaman, tapi pihaknya tidak mengeluarkan peringatan bom di bandara tersebut dan tidak mengalami masalah.
"Awalnya, kami menanggapi hal tersebut dengan sangat serius. Tapi, setelah dua pesawat mendarat, tidak ditemui sesuatu yang mencurigakan," ucap juru bicara tersebut, seperti dilansir New York Times pada 11 Agustus 2016.
Laporan bermula dari cuitan seorang wartawan senior Belgia, Barta Raes, yang berada pada penerbangan dari Oslo. Lewat Twitter, dia mencuit soal ancaman saat pesawat mendarat. Dalam cuitannya, dia mengatakan, sekitar 20 menit sebelum mendarat, penumpang diberi tahu bahwa para pilot menerima ancaman bom.
"Para penumpang diberi tahu bahwa mereka harus menunggu selama sepeuluh menit setelah pesawat mendarat," cuit Raes lewat akun Twitter-nya.
Asal laporan bom dalam penerbangan dari Stockholm itu tidak jelas.
Pesawat ketiga yang terbang dari Nador, Maroko, ke Brussels sekitar waktu yang sama dialihkan ke Bandara Toulouse, Prancis. Namun belakangan diketahui pengalihan itu terkait dengan alasan medis—seorang penumpang terkena air panas di atas pesawat.
Sementara itu, laporan media Belgia menyebutkan kedua pesawat yang menerima ancaman adalah yang dioperasikan Scandinavian Airlines dan terbang dari Oslo dan Stockholm. Namun pejabat komunikasi untuk Scandinavian Airlines, Karin Nyman, membantah hal itu dan menuturkan ancaman ditujukan kepada semua penerbangan yang hendak mendarat di Zavantem.
"Menurut pihak bandara di Belgia, ancaman itu ditujukan pada semua penerbangan yang masuk Zaventem," ucap Nyman.
Ancaman tersebut datang setelah serangkaian serangan yang terjadi di Belgia, khususnya serangan terorisme oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada Maret lalu, yang merenggut nyawa 32 orang dalam serangan bunuh diri di bandara dan stasiun kereta api bawah tanah.
NEW YORK TIMES | YON DEMA