TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai-young, mengungkapkan kekhawatiran negaranya terhadap aktivitas pengembangan senjata nuklir yang dilakukan negara tetangganya, Korea Utara. Tahun ini, Korea Utara tercatat 18 kali melakukan percobaan peluncuran misil. “Ini mimpi buruk untuk kami,” ujar Cho Tai-young saat berkunjung ke kantor Tempo, Jalan Palmerah Barat, Jakarta, Selasa, 9 Agustus 2016.
Cho Tai-young mengatakan salah satu ketakutan terbesar publik Korea Selatan adalah rendahnya keamanan nuklir Korea Utara. “Reaktor nuklir yang mereka pakai dan isi dengan plutonium sudah tua. Bagaimana jika itu meledak? Bukan tak mungkin tragedi Chernobyl akan kembali terulang,” ucapnya.
Dia tak ingin banyak orang tak bersalah terluka, tewas, dan menderita akibat ambisi nuklir tersebut. Maka, tutur dia, pihaknya saat ini berfokus menghentikan aksi Korea Utara agar tak melangkah lebih jauh lagi. “Isu Semenanjung Korea tidak hanya masalah kami, Korea Utara dan Korea Selatan, ini terkait dengan masyarakat dunia.”
Aktivitas nuklir Korea Utara, menurut Cho Tai-young, juga tak dapat diprediksi. Kekhawatiran lain yang muncul adalah penyalahgunaan material nuklir. “Siapa tahu mereka juga menyuplai material nuklir kepada teroris untuk membuat bom yang bisa diledakkan di mana saja,” katanya.
Dia berujar, kekhawatiran tersebut wajar dan membuat urgensi penghentian aktivitas nuklir Korea semakin relevan. “Kita harus bersama mengirimkan pesan yang kuat dan jelas kepada Korea Utara. Kita ajarkan mereka bahwa itu tidak baik dan demi kepentingan mereka sendiri,” ucapnya.
Terbaru, Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistik yang mendarat di dekat perairan Jepang untuk pertama kalinya pada Rabu pekan lalu. Penembakan rudal tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian peluncuran yang melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
GHOIDA RAHMAH