TEMPO.CO, Seoul - Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan John Prasetio berhasil mendamaikan dua paguyuban tenaga kerja Indonesia (TKI) yang kerap bertikai di Negeri Ginseng. Dubes Prasetio menasihati agar warga negara Indonesia di Korea tidak adu jotos lagi.
"Korban yang ada sudah lebih dari cukup dan tidak perlu ditambah. HUT RI harus menjadi momentum persatuan dan pencapaian prestasi WNI,” demikian Dubes Prasetio mewanti-wanti dalam pernyataannya, Selasa, 9 Agustus 2016.
Baca Juga:
Perdamaian tercapai antara dua paguyuban WNI di Korea, Cirebon-Indramayu, dan Cilacap. Pertikaian sebagian WNI itu terjadi di Kota Ansan, 21 Mei 2016, karena masalah sepele, yakni salah paham yang mungkin karena dampak minuman keras.
Setelah beberapa kali mediasi selama lebih dari dua bulan, pagi dinihari, 8 Agustus 2016, diteken perdamaian antar-kedua pihak. Abdul Majid mewakili paguyuban Cirebon-Indramayu dan Veri Romadun (Cilacap) yang mewakili korban, bersalaman.
Kesepakatan yang ditengahi oleh Konsuler KBRI Seoul itu disaksikan sesepuh beberapa paguyuban, seperti Ponorogo dan Kediri serta Indonesia Community Centre. Selain saling memaafkan, tidak akan mengulangi lagi, paguyuban Cirebon-Indramayu siap mengganti uang rumah sakit dengan kisaran Rp 30 juta.
Korban adu jotos itu, antara lain AH dan LN asal Cilacap. AH misalnya, harus diinapkan di rumah sakit karena bagian belakang kepalanya terkena pecahan botol. Sedangkan muka dan hidung LN harus mendapatkan perawatan khusus.
Saat adu jotos, mereka berdua terjepit sehingga menjadi bulan-bulanan. Polisi kemudian menangkap yang terlibat tawuran. Sampai saat ini, sudah tujuh WNI yang kabarnya harus tinggal di tahanan kantor polisi. Merekalah yang sekarang gantian menjadi "korban".
Konsuler KBRI terus melakukan upaya perdamaian dengan cara mempertemukan para pihak. Tidak hanya itu, ketujuh yang sedang ditahan juga ditengok untuk dipastikan mendapatkan perlakuan yang layak sesuai hukum setempat.
"Saya minta kita semua tidak lagi menengok ke belakang. Ketika perdamaian ini diteken, maka semua harus kembali menjadi saudara lagi dengan rasa ikhlas," ujar Wahyu, sesepuh dari Cilacap.
Pertikaian antar-WNI beberapa kali terjadi. Rata-rata pertikaian muncul setelah pulang dinihari dari tempat karaoke. "Semua harus mengambil pelajaran dari kasus ini. Kalau sudah begini, semua merasa rugi," kata Koordinator Fungsi Konsuler KBRI Seoul, M. Aji Surya.
NATALIA SANTI
BACA JUGA
Alasan 1,4 Juta Ekstasi Freddy Tak Disita Saat di Cina
Rio2016: Lifter Eko Yuli Sumbang Perak Kedua bagi Indonesia