TEMPO.CO, Islamabad - Kelompok Taliban Pakistan dan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Rumah Sakit Quetta , Provinsi Balochistan, wilayah barat daya Pakistan. Sedikitnya 70 orang, sebagian besar pengacara, tewas serta lebih dari 112 orang luka-luka dalam serangan yang terjadi pada Senin, 8 Agustus 2016 itu.
Serangan menargetkan sekelompok pengacara yang tengah berkumpul di unit gawat darurat rumah sakit itu. Mereka berkabung atas tewasnya Presiden Asosiasi Pengacara Balochistan, Bilal Anwar Kasi yang ditembak orang tak dikenal. Rekannya, Baz Muhammad Kakar yang luka-luka dalam penembakan itu akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
"Tehreek-e-Taliban Pakistan Jamaat-ur-Ahrar bertanggung jawab atas serangan ini, dan berjanji untuk terus melakukan serangan serupa. Kami akan merilis laporan videonya segera," kata juru bicara Taliban, Ehsanullah Ehsan lewat email, Selasa, 9 Agustus 2016.
Lewat kantor berita Amaq, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang sama. "Seorang martir dari ISIS meledakkan diri kerumunan karyawan kementerian kehakiman dan polisi Pakistan di kota Quetta," tulis kantor berita Amaq, yang kerap dijadikan ISIS sebagai saluran penyiarannya.
Sejumlah tembakan juga terdengar pasca ledakan Polisi menyatakan serangan bom bunuh diri itu menggunakan bom seberat delapan kilogram. Seorang kamerawan televisi Aaj TV tewas dalam serangan. Satu kamerawan Dawn News yang luka parah, akhirnya meninggal dunia.
Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Presiden Mamnoon Hussain mengutuk keras serangan. "Tidak seorang pun boleh mengganggu keamanan provinsi ini," kata Sharif, Senin.
Situasi darurat diberlakukan di seluruh rumah sakit di Quetta sejak Senin. Pemerintah Pakistan menyatakan tiga hari berkabung.
Juru bicara pemerintah provinsi Baluchistan menyatakan serangan sengaja membidik para pelayat. Serangan mematikan kedua tahun ini. Sebelumnya bom di sebuah taman di Lahore menewaskan 75 orang pada Paskah lalu.
Quetta merupakan ibu kota dari salah satu wilayah paling bergejolak di Pakistan, Provinsi Balochistan. Wilayah tersebut yang berbatasan dengan Iran dan Afganistan, kaya akan sumber daya minyak dan gas, tapi hal itu telah membuat penderitaan yang mendalam bagi warga setempat akibat kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah muslim serta pemberontakan separatis.
Quetta juga lama menjadi basis untuk Taliban Afganistan. Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan pemimpin Taliban. Pada Mei lalu, pemimpin Taliban Afganistan Mullah Akhtar Mansour tewas akibat serangan pesawat tak berawak AS saat bepergian ke Quetta dari perbatasan Pakistan-Iran.
AL JAZEERA| TRIBUNE INDIA | GEO NEWS | PAKISTAN TRIBUNE| YON DEMA