TEMPO.CO, Islamabad - Sedikitnya 40 orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat bom meledak di rumah sakit pemerintah di Kota Quetta, Baluchistan, sebelah barat daya Pakistan, hari ini, Senin, 8 Agustus 2016.
Satu rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan tubuh manusia berserakan di tanah, genangan darah terlihat di sekitar lokasi kejadian dengan pecahan kaca dan puing bangunan yang tersebar di mana-mana.
Ledakan terjadi saat ratusan pelayat tengah berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir kepada Bilal Anwar Kasi, seorang pengacara terkemuka Pakistan, yang tewas tertembak di Quetta. Selama ini, Quetta merupakan ibu kota dari salah satu wilayah paling bergejolak di Pakistan.
"Sejumlah pengacara dan beberapa wartawan tengah berkumpul di rumah sakit untuk mengenang kematian presiden asosiasi pengacara Balochistan dalam insiden penembakan terpisah pagi ini," kata Akbar Harifal, pejabat Kementerian Dalam Negeri Provinsi Balochistan.
Bilal Anwar Kas ditargetkan oleh dua orang bersenjata tak dikenal saat ia meninggalkan rumahnya pagi hari untuk bekerja. Baik motif serta pelaku serangan belum diketahui. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Balochistan, yang berbatasan dengan Iran dan Afganistan, kaya akan sumber daya minyak dan gas, tapi hal itu telah membuat penderitaan yang mendalam bagi warga setempat akibat kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah muslim serta pemberontakan separatis.
Pembunuhan berencana menjadi semakin umum di Quetta, akibat meningkatnya kekerasan terkait dengan pemberontakan separatis serta ketegangan sektarian dan meningkatnya kriminalitas.
Quetta juga lama menjadi basis untuk Taliban Afganistan. Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan pemimpin Taliban. Pada Mei lalu, pemimpin Taliban Afganistan Mullah Akhtar Mansour tewas akibat serangan pesawat tak berawak AS saat bepergian ke Quetta dari perbatasan Pakistan-Iran.
CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA