TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom peraih nobel bidang ekonomi, Joseph E. Stiglitz, mengundurkan diri sebagai Ketua Komite pemerintah Panama untuk menginvestigasi industri offshore usai skandal Panama Papers. Ia bahkan meminta komite itu dibubarkan.
Stiglitz dan mitranya Mark Pieth, yang dikenal sebagai pakar antikorupsi dari Swiss, menuliskan surat pengunduran itu kepada Presiden Panama Juan Carlos Varela pada Jumat, 5 Agustus 2016. Di surat itu mereka menuliskan alasannya. Mereka khawatir para pejabat pemerintah akan membatasi kebebasan tim untuk menyelidiki dan menggunakan laporan penyelidikan.
Di surat itu mereka juga mengatakan pemerintah Panama justru menolak berkomitmen mengungkap temuan tim ke publik. Pemerintah Panama malah disebutkan justru bersikeras bahwa temuan komite itu akan menjadi milik pemerintah, alias akan ditutup rapat-rapat.
Stiglitz mengatakan pembatasan itu tidak masuk akal. Ia merujuk tujuan pembentukan komite untuk menyelidiki tentang bagaimana kerahasiaan perusahaan offshore melakukan pencucian uang, dan kejahatan keuangan lain.
"Bagaimana bisa sebuah kelompok yang berkomitmen melakukan transparansi menulis laporan yang tidak transparan? Itu akan merusak kredibilitas kami sendiri," kata Stiglitz dalam wawancara pada Jumat sore, 5 Agustus 2016 waktu setempat, seperti dilansir dari panamapapers.icij.org. "Mereka hanya menginginkan kami untuk menjadi bagian dari sandiwara," ucapnya.
Juru bicara pemerintah menyebutkan memahami pengunduran diri Stiglitz dan Pieth. "Pemerintah Panama menegaskan bahwa perusahaan memiliki komitmen nyata untuk melakukan transparansi dan kerjasama internasional, dengan melakukan langkah nyata dan diakui masyarakat internasional," ujar pejabat pemerintah itu.
Pada April lalu otoritas Panama menyetujui dibentuknya komite investigasi pasca skandal Panama Papers yang melibatkan raksasa firma hukum Mossack & Fonseca. Anggota berisi tujuh orang, empat orang berasal dari Panama dan tiga orang lainnya dari luar negeri.
Panamapapers.icij.org | DESTRIANITA